Oleh: Nur Iskandar
Alhamdulillah, hajat memaknai hari kesaktian Pancasila, hari lahirnya TNI, hari Sumpah Pemuda dan hari jadi Kota Pontianak ke-249 dapat berjalan sukses, tertib dan lancar. Kepada Gubernur, Walikota, Pangdam dan Kapolda kami haturkan selaksa terimakasih atas segenap arahan dan dukungannya. Terutama kepada personel grup band papan atas Arwana, sepuh dan pinisepuh Yayasan Sultan Hamid II Alkadrie, rekan panitia teknis, maupun masyarakat luas.
Festival Nadi khaTULIStiwa disingkat Fena 2020 ini diniatkan menjadi ajang festival pemaknaan kita sebagai anak bangsa yang cinta akan tanah airnya. Ingin berperanserta membangun tumpah darahnya, sebagaimana para pejuang bangsa telah mewariskan spirit kesyuhadaannya.
Kita sadar banyak PR tersisa. Bahkan masalah datang silih berganti. Terkini soal Pandemi dibumbui aksi demonstrasi menolak UU Cipta Kerja yang telah ditetapkan pemerintahan kita. Tak surut bumbu pertengkaran mewarnai media dengan adu argumentasi, bersitegang urat leher di berbagai forum diskusi, tak terkecuali bertebarbiarnya hoaks di mana mana.
Kami hendak hadir sebagai solusi. Bahwa pandemi jadi tragedi iya, namun kreasi seni sastra tak boleh mati. Baik mati benaran maupun mati suri.
Serangkaian diskusi kami jalani. Mohon petunjuk dan arahan keamanan maupun kesehatan. Alhamdulillah, protokol kesehatan standar Covid-19 ekstra ketat dilaksanakan. Sajian utama sebagai sasaran utama virtual. Sajian online dalam sehari 1000 pemirsa. Dua hari 2000. Hal ini tentu jadi narasi solusi berkreasi seni di tengah Pandemi.
Penggunaan studio rekaman disaksikan kalangan terbatas. Kapasitas rumah melayu bisa memuat 500 bangku hanya diisi 100. Jarak antarbangku 1,5 meter. Setiap orang dibagi masker. Masuk pintu cuci tangan dengan handsanitizer serta di-thermo-gun.
Fena 2020 menyimpulkan bahwa event terbatas bisa dilakukan dengan sajian utama virtual.
Selanjutnya mengutip Emha Ainun Nadjib, kita mesti salib tikungan Pandemi Covid-19 dengan melirik sejarah ke belakang sejauh-jauhnya. Juga melihat kedepan dengan selapang lapangannya dengan solusi ala Nusantara yang kaya budaya, flora fauna, maupun kearifannya. Indonesia berpeluang menjadi negara adidaya. *