Oleh: Masri Sareb Putra
TCM – kami biasa menyebut wanita Tionghoa walikota Singkawang itu dengan inisial. Meski bukan seetnis, suka saja saya melihat penampilannya: tegas, punya visi, pandai manajemen tata kelola kota –polis- dan fokus pada tugasnya. Terutama ketika mengenakan pakaian dinas, pas sekali. Serasi! Cerminan kebangsaan yang bhineka tunggal ika –bukan bhineka tinggal eka. Suatu ujud keindonesiaan yang dikonsepkan para pendiri republik ini.
Februari lalu, saya diterima di kantornya untuk urusan penulisan buku –semacam kisahan bagaimana ia dari “olang susah punya” menjadi: sesuatu banget.
Ia anak seroang petani kelapa. Yang harus bekerja keras banting tulang. Yang suka belajar apa pun untuk mengasah keterampilan. Di tengah-tengah kesibukan mencari penghidupan sebagai agen sebuah perusahaan asuransi, ia suka ke kota. Ke Pontianak dan Jakarta untuk mengasah diri: belajar komunikasi, motivasi, dan kepemimpinan.
Ketika kran terbuka untuk warga Tionghoa masuk panggung politik, ia mencoba uji nyali. Mencalonkan diri jadi anggota DPRD Singkawang kota. Dan terpilih.
Kemudian ada pemilihan walikota. Bermodalkan “dengkul”, hanya 600 juta, ia menang mutlak. Saya sedang menyelipkan bagaimana membangun komunitas, dan politik dagang sapi, serta politik uang tidak berlaku baginya.
Ketika bukunya sedang akan finish, dan ia telah pula mengoreksinya, tersiar kabar: dirinya dan keluarga terpapar Corona. Ini pasti karena ia berinteraksi dengan banyak warga, termasuk tetamu asing.
TCM memang sedang menata kota Singkawang menjadi destinasi wisata-budaya dan religi. Lapangan terbang Singkawang salah satu misinya untuk segera selesai. Ia berinteraksi dengan banyak pihak, terkait pembangunan kota yang dipimpinnya. Virus itu, yang tak tampak, bisa jadi terbawa oleh entah siapa.
Semoga saja TCM lekas pulih. Seperti juga, pemulihan keluarga salah satu bupati di Kalbar, yang saya dengar pun terpapar, namun dapat kembali pulih.
Walkot Singkawang, Tjhai Chui Mie. Tuhan menyertaimu! (*Penulis adalah yang menulis buku TCM, pegiat literasi Dayak dan berdomisili di Jakarta)