Oleh Beni Sulastyo
Oke, kita akan lanjutkan belajar pengelolaan masjid dari Tok Ya lagi. Pada postingan yang lalu saya bercerita tentang Pengusa Mas. Kali ini saya ingin bercerita tentang perlunya menyerahkan pengelolaan masjid kepada anak-anak muda.
Namun sebelum melanjutkan cerita ini, saya informasikan kepada para sahabat yang berminat belajar tentang pengelolan masjid, mari bergabung dalam grup whatsaap lewat link dibawah tulisan ini, agar para sobat bisa mendapatkan informasi terupdate seputar strategi pengelolaan masjid.
Ok, mari kita lanjutkan….
Dalam sebuah forum diskusi bersama pengurus sebuah masjid di Kota Pontianak, Tok Ya ditanya oleh salah seorang peserta tentang strategi Pengurus Masjid Kapal Munzalan hingga dapat berkembang menjadi Masjid yang makmur berlimpah seperti sekarang ini, bahkan sampai mampu memiliki beberapa kendaraan mewah sekelas Alphard dan Velvire.
Jawaban yang diberikan oleh Tok Ya sangat menarik. Beliau menjawab begini…”Para pengurus masjid yang sudah sepuh-sepuh seperti saya ini sudah harus tau diri. Serahkan saja pengelolaan masjid kita kepada anak-anak muda. Sekali lagi, percayakan pengelolaan masjid kita kepada mereka. Kita yang sudah sepuh-sepuh ini harus tau diri. Ilmu dan energi yang kita miliki tak akan pernah mampu menandingi anak-anak muda zaman now”.
Setelah itu, Tok Ya melemparkan pertanyaan kepada audiense.
“Nah, pertanyaan saya. Apakah bapak-bapak yang senior ini rela menyerahkan pengelolaan masjid kepada anak-anak muda?”, tanya Tok Ya.
Para pengurus Masjid yang ada di ruangan kemudian saling berpandangan. Mereka tampak saling senyum antara satu dengan yang lain.
“Nah…itu dia masalah di Masjid kita”, celeletuk salah satu dari peserta. Audiense tertawa ringan. Sementara, bapak-bapak yang sepuh tampak senyum-senyum pahit mendengar celetukan salah satu peserta itu.
“Nah, itulah salah satu masalah kita hari ini. Kita-kita yang sudah sepuh ini seringkali enggan menyerahkan pengelolan masjid kepada yang lebih muda. Memang agak repot jika masjid dikelola sama orang-orang yang sudah berumur seperti saya, dan kita-kita yang sudah berumur ini. Terlebih jika masjid kita diurus oleh para pensiunan pns”, hatur Tok Ya sambil melempar senyum kepada audiense.
“Kalau saya tau diri. Sejak awal berdirinya Masjid Kapal Munzalan, saya menyerahkannya kepada Ustaz Luqmanulhakim. Saat itu umur beliau baru 30an tahun. Saya serahkan semua kepada beliau. Dan saya selalu akan bilang YA dengan apapun rencana yang disampaikan oleh Ustaz Luqmanulhakim. Makanya, saya dipanggil dengan panggilan Tok Ya. Tok itu singkatan dari datok. Sinomim dari kakek, orang yang sudah tua yang sudah bercucu.. Jadi Tok Ya berarti kakek-kakek yng selalu mengatakan Iya dengan anak-anak muda” jelas Tok Ya sambil senyum-senyum.
“Tapi ingat! Kita jangan sekedar hanya bisa mengatakan iya saja. Kita yang tua-tua harus memberikan support. Harus memberikan dukungan. Dukungan penuh. Bahkan korbankan apa yang kita punya untuk mendukung anak-anak muda. Nah, di Masjid Kapal Munzalan ini, hanya itu yang saya lakukan”, jelas Tok Ya.
Setelah itu, Tok Ya hening. Tak lama beliau melemparkan pertanyaan kepada auidinse yang sebagian besar berunur di atas 50 tahun.
“Jadi, apakah bapak-bapak berkenan mepercayakan pengelolaan masjid kita kepada anak-anak muda?”, tanya Tok ya.
Peserta hening. Kali ini yang sepuh-sepuh senyum sendiri-sendiri sambil memijit-mijit jari kaki. *
#masjidenterprise #masjidbillionaire
Dapatkan informasi seputar pegelolan masjid ayo gabung dalam komunitas masjidbillionaire, klik linknya: