in

Alhamdulillah, Buku Menikmati Pesona Tayan Terbit

pesona tayan

Oleh: Yusriadi

Jumat, 12/06/2020, kemarin, saya bertemu kawan, Fahmi Ichwan. Fahmi menunjukkan buku-buku baru yang selesai cetak dan terbit di IAIN Pontianak Press.

Di antara banyak buku itu adalah buku Menikmati Pesona Tayan. Buku ini, saya tulis akhir tahun lalu dalam program Kampung Riset 2019 di Tayan, Sanggau. Program ini merupakan program unggulan LP2M IAIN Pontianak.

Buku setebal 80-an halaman itu mengungkapkan pesona sejarah dan lingkungan Tayan. Lebih tepatnya, ungkapan kekaguman saya pada keistimewaan sejarah dan lingkungan alam Tayan.

Ya, sejarah Tayan, kurang terungkap ke permukaan. Kerajaan di pertengahan aliran Sungai Kapuas ini memainkan peran penting sebagai wilayah penghubung, penyangga, dan wilayah batas antara hulu dan hilir Sungai Kapuas.

Pasang surut air laut di barat pulau Kalimantan ini, sampai di sini arusnya. Pasang surut ini memberikan kelebihan pada Tayan. Kapal besar, ponton, dll.. dapat berlayar sampai di sini. Kekayaan alam Tayan dapat diangkut ke luar: Bauksit, pasir, karet, dan sawit.. setiap waktu bisa diambil dan dimuat ke kapal. Nilainya… hmm… besar sekali. Ekonomi Tayan bergerak rancak karena sektor ini.

Pasang surut ini juga menciptakan pantai pasir yang keren. Pasir Timbul di Tayan yang bisa dinikmati pada musim kemarau, menjadi salah satu tempat wisata yang menarik.

Dari sisi sejarah, Tayan merupakan salah satu front pertempuran. Ada banyak cerita dan catatan yang dapat diperoleh mengenai hal ini. Ada bukti bedil atau Meriam milik kerajaan yang masih bisa dilihat generasi hari ini. Disebutkan juga oleh berbagai sumber lama, bahwa di sini ada benteng pertahanan –namun, jejaknya tidak teramati karena keterbatasan waktu dalam pencarian data.

Tayan, meskipun sekarang hanyalah wilayah kecamatan di bawah Sanggau, tetapi, memiliki sejarah panjang. Di sini bertapak kerajaan Pakunegara yang kiprahnya menonjol dalam diplomasi politik kawasan.

Kerajaan Tayan ini pewarisannya terpelihara sampai hari ini. Paduka Gusti Yusri, Raja Tayan, menjadi pemegang kepemimpinan tradisional itu.

Tayan juga dicatat dalam beberapa catatan Belanda abad ke-19. Kawasan Teluk Kenilun (Kemilun) yang dikagumi Belanda karena tata ruang merupakan contoh satu diantara catatan itu. Tidak banyak rasanya –sependek yang diketahui, ada raja lokal Kalbar yang dipuji orang luar karena kemampuan kreatif dalam menata lingkungan.
Tentu saja, masih ada pesona Tayan lainnya. Ada makam yang bertulis Arab indah, ada banyak danau yang kaya ikan, pemukiman penduduk di pinggir sungai, dan penduduknya yang ramah.

Semua yang disebutkan di atas itu tertuang dalam buku yang diterbitkan IAIN Pontianak Press ini. Buku ini memang tidak lengkap melukiskan pesona Tayan. Tetapi, paling tidak, dapat menjadi penambah wawasan bagi pemerhati Tayan dan kerajaan-kerajaan Melayu di Kalbar.

*Terima kasih untuk Paduka Gusti Yusri dan informan di Tayan yang membantu proses penulisan dan penerbitan buku ini. (*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

WhatsApp Image 2020 06 08 at 20.00.59

Awakpon Minta “Impeachment” Walikota

Sutarmidji Kalbar

Kalbar siap Masuki “New Normal”, Asalkan…