in

Corona, Musibah dan Ujian Allah

19 copy

Oleh: Yusriadi

Corona itu musibah atau ujian Allah? Allah sedang menghukum kita atau Allah sedang menguji kita agar naik tingkat?

Banyak orang terpukau ketika seorang menyampaikan peringatan bahwa corona adalah pasukan Allah, yang sedang menghukum kita karena prilaku kita selama ini. Banyak orang terangguk setuju.

Apalagi beberapa argumentasi disampaikan mengiringi ceramah itu. Argumentasi mengenai kemungkinan turunnya azab kepada manusia karena manusia lalai.

Ada juga orang yang berpendapat bahwa corona itu adalah ujian dari Allah. Menguji kita dari berbagai sisi.

Pendapat ini juga dapat diterima, walaupun kurang disertai argumentasi mengapa kita diuji dan mengapa ujiannya dengan corona. Setidaknya, banyak orang yang menyatakan hal yang sama, petanda bahwa mereka sependapat.

Tulisan ini tidak akan mengupas soal argumentasi pendapat pertama dan isi pendapat kedua. Tulisan ini hanya ingin menunjukkan paradigma berpikir orang mengenai corona.

Orang yang berpendapat bahwa corona itu ada azab, sesungguhnya dia sedang membayangkan atau memikirkan Allah itu marah pada manusia (termasuk dirinya dan orang lain). Dia sedang membuat prasangka –kalau boleh disebut, prasangkanya buruk.

Dia sedang menetapkan bahwa apa yang dilakukan manusia sekarang itu banyak yang tidak benar dan mendapat murka Allah. Allah sedang tidak senang.

Sebaliknya, pendapat kedua, bahwa corona itu ujian dari Allah, menunjukkan bahwa dia sedang berprasangka baik. Dia berpendapat bahwa Allah sedang memberikan kesempatan kepadanya untuk naik tingkat atau derajat. Jika manusia lulus menghadapi ujian itu maka kenaikan tingkat akan diperoleh. Sebaliknya, jika gagal, maka kesempatan naik derajat itu akan hilang.

Memang kita tidak tahu mana satu yang benar. Kita juga tidak tahu apakah keduanya benar atau keduanya salah.

Pengetahuan kita mengenai hal yang ghaib itu terbatas. Kita tidak diberi ilmu melainkan hanya sedikit saja.

Oleh karena itu, jangan pernah merasa banyak tahu, dan jangan merasa paling tahu. Merasa begitu bisa membuat kita sombong dan lupa diri.
Lebih baik berprasangka baik daripada berprasangka buruk. Allah mengatakan, “Ana ‘inda zhonni ‘abdiy biy: ‘Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. (HR. Bukhari, Muslim).

Lebih baik berprasangka Allah sedang sayang pada kita. Lebih baik mengira Allah sedang ingin kita naik derajat, dan karena itu marilah kita mengejar derajat itu.

Di tengah ujian ini, kita berkesempatan untuk merenung kembali perjalanan hidup. Perenungan bisa dilakukan dengan menyendiri. Menjauhi keramaian, menghindari hiruk pikuk. Menjauhi manusia lain dan mendekatkan diri pada diri dan Allah. (*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

WhatsApp Image 2020 04 22 at 15.14.13

Salam Semangat Dari Duta Bahasa Seluruh Indonesia

WhatsApp Image 2020 04 22 at 16.34.21

Waktu Operasional Menjelang Ramadhan, Pekerja: “Sudah Diubah Sejak Corona”