Oleh Juharis
Fenomena radikalisme yang menyebarluas di penjuru Indonesia beberapa waktu ini membuat negara seribu pulau ini luluh lantak. Pergeseran nilai-nilai perdamaian semakin jelas akibat perilaku kelompok tidak memegang amanah. Padahal, semua orang tidak ada yang kontra dengan nilai-nilai perdamaian. Semua orang sepakat ingin berdamai. Sebab kedamaian merupakan kebutuhan utama seseorang. Pondasi kedamaian benar-benar harus dibangun dengan kokoh.
Paham intoleransi sebetulnya datang dari kelompok atau organisasi tertentu yang resah dan tidak sejalan dengan pemikirannya sendiri. Berdasarkan temuan Wahid Foundation melaporkan tahun 2014 dengan judul “Revisiting the problems of religious intolerance, radicalism and terrorism in Indonesia: a snapshot.” Dipaparkn bahawa dari 230 organisasi yang dibangun di masa orde lama, 147 diantaranya teridentifikasi intoleransi, 49 organisasi cenderung berpaham radikal, dan 34 organisasi terindikasi kelompok terror. Jaringan kelompok radikal ini cukup kuat. Setidaknya dari 49 kelompok radikal, tiga diantaranya mencari pendanaan internasional. Kebanyakan dari organisasi ini sedikit mendapat dukungan, 63% hanya eksis di ranah local pada provinsi tertentu.
Data tersebut cukup mewakili betapa paham radikalisme sekarang sudah tersebar di Indonesia. Paham radikalisme ekstrem amat berbahaya bagi tatanan kehidupan bernegara. Apatah lagi, paham ini kadang mengatasnamakan agama sebagai pijakan pemahaman mereka. Padahal, kenyataannya tidak ada agama yang menyeruakkan pemberontakan.
Saya sebagai anak muda yang sampai hari ini diberikan kekuatan untuk menggunakan akal, pikiran, dan tenaga siap menyaring paham-paham di luar norma fitrah manusia. Paham intoleransi amat merusak dan di luar kesejatian seorang manusia dalam bertindak. Anak muda sebagai tonggak perubahan dan garda terdepan dalam pembangunan, pertumbuhan, dan perkembangan, serta kemajuan suatu negara harus dimanfaatkan seutuhnya dalam menyaring paham radikal ini.
Tidak bisa dipungkiri, kawula muda adalah sasaran empuk paham intoleransi. Maka sudah barang tentu penangkalnya pun mesti dari kawula muda. Keseimbangan secara rentang usia ini sangat efektif melawan perkara pelik bangsa kita. Cukup hanya mengikutsertakan intelektual yang sudah renta. Bukankah penerus mereka adalah anak muda. Saatnya kita sling merangkul, semua elemen masyarakat harus terlibat, tentu pemuda tameng utamanya.
Saya anak muda. Saya berkompeten dalam bidang kepenulisan buku, artikel, dan esai. Saya telah membuat empat judul buku murni hasil karya saya sendiri dan saya sumbangsihkan untuk pembaca. Saya pun senang melirik budaya masyarakat tradisional yang sarat toleransi antarsesama maupun di luar kesamaan, baik suku maupun agama. Saya muslim, dan saya sangat mencintai toleransi.
Oleh karena itu, dengan potensi yang ada ini, saya ingin ikut andil dalam membangun kedamaian di Kalimantan Barat. saya ingin mendedikasikan kemampuan dan segala ikhtiar yang saya miliki disertai kekuatan dari Allah untuk Kalimantan Barat. Tanah air kelahiran saya. Damai membawa konotasi yang positif, tidak ada satu pun orang yang menentang perdamaian. Perdamaian adalah tujuan utama dari kemanusiaan. Damai adalah solusi konkret kemanusiaan. Mari ciptakan perdamaian.