in

Hari Ibu: Ibu, Bahasa, dan Bahasa Ibu

IMG 20201222 WA0052

Oleh: Khairul Fuad

Masih ingat cuplikan lirik lagu, “Promise to see you this summer//This time there will be no delay”, yang dilantunkan duet Belanda Maywood, Alice May dan Caren Wood, berjudul Mother How Are You Today. Lagu itu bertutur tentang kerinduan anak kepada seorang ibu, berjanji menemuimu di musim panas, kali ini tidak ada yang ditunda-tunda lagi. Kerinduan itu juga selalu menghangat setiap 22 Desember jatuh sebagai Hari Ibu, semoga kabar ibu baik di Hari Ibu dan hari-hari lainnya. Peristiwa sama ada di belahan dunia lain dengan istilah Mother’s Day.

Ibu merupakan sosok penting dalam konstelasi sebuah komunitas, kebudayaan, dan peradaban, tidak mengherankan jika disebutkan ibu adalah gua garba peradaban. Perannya mewarnai kuat meski kadang tidak terlihat nyata pada ranah publik. Kekuatannya justru nyata terasa menyatu dan melebur dalam kehidupan. Misalnya, bahasa bagian sisi kehidupan sangat terasa dan tersatukan dalam kebudayaan dan peradaban.

Bahasa ibu jaminan kuat konstelasi tersebut, tidak bisa tergantikan dengan istilah lain, dan digunakan istilah tersebut dalam wacana ilmu bahasa secara luas dan menyeluruh. Istilah bahasa ibu menunjukkan bahwa pemerolehan bahasa untuk pertama kali melalui ibu sesuai tradisi bersangkutan. Seseorang dengan latar sebuah tradisi tertentu dipastikan tertempel bahasa ibunya sebagai bahasa pertama dan pemerolehan berikutnya sebagai bahasa kedua.

Oleh karena itu, tidak dapat dinafikan kata (diksi) ibu menjadi sebuah kosakata bahasa untuk menandakan sebuah pengertian. Ibu pertiwi, ibu kota, dan ibu negara menjadikan ibu bagian dari sebuah kosakata yang menunjukkan pengertian lain dari ibu itu sendiri. Jaminan peran ibu dalam konteks kebahasaan memperkuat posisi agen dalam pemerolehan bahasa. Peran domestikya sejatinya memberikan pengaruh besar pada ranah publik dalam konteks kebahasaan.

Domestifikasi ibu identik dengan ranah pemerolehan bahasa, merupakan proses awal seseorang berkembang dalam penggunaan bahasanya di ruang publik. Misalnya, langgam dan dialek bahasa seseorang tentu terpengaruh bahasa ibu yang ditransformasikan oleh seorang ibu pada mulanya. Sebagaimana orang Jawa medok saat berbahasa Indonesia merupakan langgam dan dialek yang susah dihilangkan. Lawan bicara pun mudah mengidentifikasinya.

Di sisi lain, kata makjleb, maktratap, makbedunduk, dan makbles serta mbokmrene, mbokmrono, dan mboktakono dalam bahasa Jawa, terdapat kata mak dan mbok yang berarti ibu. Meskipun, kedua kata tersebut dipandang sebagai partikel dalam gramatika bahasa Jawa. Unsur ibu dalam kedua kata itu mengindikasikan kuat bahwa bahasa ibu memberi pengaruh besar sampai kepada diksi ibu sebagai sebuah kosakata sekalipun.

Dalam tradisi Minang, seperti kata onde mande menjadi sebuah kosakata, ungkapan ekspresi, terdapat kata mande yang berarti ibu. Unsur ibu nyatanya terpaparkan ke dalam sebuah kosakata secara instrinsik, sedangkan secara ekstrinsik tentu terpaparkannya akan lebih meluas terkait kontekstualisasi. Ibu dalam ruang kesunyian identik dengan ranah domestifikasi, ternyata memberi pengaruh signifikan kepada ruang publik dalam membangun sebuah peradaban.

Bahkan, istilah teknologi informasi tidak luput terpapar kata ibu, seperti komponennya disebut dengan motherboard diindonesiakan dengan papan induk. Kata induk pun identik kuat dengan ibu dan papan induk menjadi papan sirkuit tempat berbagai komponen elektronik saling terhubung. Besar kemungkinan fungsi papan induk sebagai sirkuit elektronik memiliki kesamaan sosok ibu yang multitasking, baik domestik maupun publik saat terkait dengan gender.

Oleh karena itu, mak kadang identik dengan ma’ berarti air dalam bahasa Arab, yang pasti terhubung dengan banyak hal. Manusia dan mahkluk-makhluk lain dipastikan persentase terbesar air yang menjadi faktor utama kehidupan dapat berlangsung. Dengan air siklus kosmos berputar dan dengan ibu semua lapis komunitas dapat bergerak mengisi kehidupan. Melalui bahasa sosok ibu sangat berpengaruh besar dalam konteks peradaban.

Ibu sebagai sosok perempuan tidak dapat dilihat dari individu belaka, tetapi terkait dengan aspek-aspek lain, begitu secara implisit ungkapan Filosof Immanuel Kant. Buktinya, bahasa memiliki hubungan dekat dengan sosok ibu selain pada istilah bahasa ibu (mother tongue). Tidak berlebihan jika hari ibu adalah mengingatkan jasanya menjaga kesinambungan bahasa sehingga terhubungnya komponen-komponen kehidupan demi keberlangsungannya.(Penulis peneliti sastra Balai Bahasa Kalbar)

Written by teraju.id

IMG 20201222 110427 111

Memupuk Kemampuan Membangun Citra Diri

demam keladi Indonesia

Ketika Demam Keladi Melanda