Oleh: Syafaruddin Usman
Zaman yang berubah menuntut individu dan korporasi untuk berubah pula. Tata nilai pun ikut bergeser, meski tak semuanya bergerak ke arah yang positif.
Era pertanian diwarnai dengan kuatnya nilai-nilai agama, dengan tata nilai komunal. Sistem pertanian banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai agama dengan tata nilai komunal. Penerapan subak dalam sistem irigasi di Bali yang berbasiskan kearifan lokal sekarang subak sudah diakui oleh Unesco sebagai warisan dunia.
Berbagai inovasi di sektor industri memberikan banyak manfaat bagi manusia. Era industri memunculkan tata nilai kompetitif, inovatif, dan berorientasi pada hasil.
Era krisis memunculkan tata nilai clean, integrity, transparansi, akuntabilitas, dan responsible.
Kehadiran era digital memunculkan perilaku-perilaku baru yang menuntut kecepatan, kecerdasan, transparansi, multitasking, dan real time.
Era digital juga memunculkan hal yang negatif karena membuat orang melupakan old values yang banyak berisi kearifan lokal.
Kini kita bisa menyaksikan orang lebih suka asyik dengan dunia media sosial ketimbang bertatapan langsung untuk menjalin silaturahmi seperti yang diajarkan dalam old values dulu.
Orang menjadi lebih individualistis dan berkurang kepekaannya terhadap sesama.
Padahal yang terjadi seharusnya adalah old values tetap diterapkan dengan didampingi oleh new values.
Dengan perpaduan itu, maka akan hadir sebuah perpaduan tata nilai yang berisikan kearifan lokal di masa lalu namun diramu new values yang bermunculan seiring dengan perkembangan zaman.