in

Pejuang Literasi itu Telah Pergi ke Alam Abadi

uray husna asmara

Oleh: Nur Iskandar

Menulis adalah pekerjaan keabadian. Begitu kata Pramudya Ananta Tour budayawan sastrawan-besar Indonesia. Pram telah tiada, tapi nama besarnya tetap hidup.

Begitupula Prof Dr Uray Husna Asmara, M.Pd pejuang literasi dan edukasi, guru besar administrasi sekaligus Ketua Ikapi Kalimantan Barat. Ia meninggalkan banyak karya buku bahkan penerbit.

“Tidak ada teori menulis bagus. Datang. Duduk. Tulis.” Begitu teori Uray saat saya wawancara sekembalinya dari Ikip Bandung untuk S3. Disertasinya dibimbing Prof Dr Malik Fadjar tokoh Muhammadiyah yang pernah menjadi rektor bahkan Mendikbud RI.

Saya baru tahu kalau saya keluarga bersama Prof Uray dari silsilah Wak Zubaida yang menikah sama paman saya HM Nurdin Har. Dari sisi istri pada Abang Maspura.

Selain keluarga, Uray juga murid Abang Maspura. Ia murid rajin, pandai, dan cerdas.Tak pelak sejak SD sampai S3 selalu banjir prestasi.

Alur bicara Uray terstruktur dan akademis. Kaya data dan fakta serta tajam dalam analisa. Mendengarkan dia bicara seperti membaca buku dengan asyiknya. Di tangannya sosok pejuang Melawi Abdul Qodir Setia Pahlawan ditetapkan sebagai pahlawan nasional. “Saya yang buat makalah dan mempresentasikan di depan banyak guru besar.”

Kunci suksesnya kata Uray adalah data dan faktanya lengkap. Begitu Uray kasih nasihat untuk memperjuangkan Sultan Hamid II Alkadrie Sang Perancang Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila sebagai Pahlawan Nasional.

Jangankan kuliah. Mendengarkan khutbah jumat Prof Uray saja nikmat. Tetapi stroke menghampiri hidupnya. “Saya syukuri stroke ini. Saya jadi rajin tahajjud.”

Kami rapat Ikapi di kediamannya. Regenerasi sejak 2018. Posisi ketua ikapi kalbar beralih darinya kepada Dr Hermansyah. Legacy literasi Kalbar telah berestafeta. Beliau berpulang ke Rahmatullah tepat di hari pahlawan. Selamat jalan sang pejuang literasi. Berpulang ke alam keabadian. *

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

sultan hamid II perancang lambang negara

Sultan Hamid di Hari Pahlawan Nasional

tanaman dan jendela

Pergantian Musim