Oleh: Yusriadi
Kalbar membutuhkan semacam konsorsium buku. Lembaga ini yang mengakomodir penulis dan penerbit lokal.
Itulah pandangan saya melihat situasi terkini dunia kepenulisan dan penerbitan Kalbar.
Dunia kepenulisan di Kalbar sekarang ini menggeliat. Kalbar Book Fair 2016 yang dilaksanakan di Rumah Radakng Pontianak 26 Oktober – 1 November 2016 telah menjadi wadah dan pentas bagi penulis dan penerbit lokal. KBF 2016 menjadi momentum dan kesempatan bagi dua pihak tersebut.
Kebangkitan penulis dan penerbit lokal sesungguhnya mulai terasa dan terlihat sejak tahun 2003. Kala itu, Ford Foundations memberikan bantuan untuk penerbitan buku lokal. Sejumlah penerbit dibentuk, dan STAIN Pontianak Press salah satu di antaranya. Penerbit-penerbit itu kemudian
mencari bahan untuk buku yang akan dan harus mereka terbitkan. Mereka berburu naskah, bertemu para penulis. Alhamdulillah secara kebetulan naskah saya dan teman berjudul “Orang Embau” diterbitkan dalam program ini. Inilah buku pertama saya.
Program ini membuat dunia perbukuan Kalbar bergeliat. Tetapi sesaat. Penulis masih terbatas. Buku-buku baru juga tidak banyak. STAIN Press hanya bisa menerbitkan satu dua buku dalam tahun-tahun setelah itu. Penerbit lain demikian juga halnya. Bahkan ada yang keadaannya mati suri, dan sekarang mati benaran.
Tahun 2010-an keadaan berubah drastis. Saya mengambil contoh Club Menulis dibentuk dan langsung bergerak dengan angka 6 buku di tahun 2010. Jumlah penulis atau orang yang dapat dipaksa menulis bertambah. Rekrutmen baru mengisi penulis yang “pensiun”. Hingga tahun 2016 jumlah buku yang diterbitkan mencapai 250an. Jumlah penulis perorangan sekarang mencapai puluhan orang, kalau bukan ratusan orang.
Penulis Club tidak sendiri, karena ada kelompok penulis lain seperti Forum Lingkar Pena, Forum Indonesia Menulis, Pijar Cs, Pustaka Aloy Cs, Kuwas Cs. Selain itu ada juga penulis perorangan, termasuk penulis-penulis yang jatuh bangun semangatnya di era 1990-an.
Nah, pada acara KBF 2016, hampir semua penerbit lokal ikut dan penulis turun gunung. Semua ingin memanfaatkan moment ini.
Tetapi… meskipun kegiatan ini meriah dan ramai, masih ada banyak pekerjaan yang harus digarap.
Salah satunya adalah perlunya mewadahi dan melakukan pembinaan serta perhatian pada para penulis dan penerbit lokal. Pembinaan dan perhatian ini diharapkan akan memberi energi kepada penulis dan penerbit lokal. Energi yang kelak bisa digunakan untuk menggali dan menganalisis bahan lokal dengan lebih mendalam.
Kiranya tugas ini tidak mungkin dilaksanakan orang per orang atau satu dua orang.
Saya kira tugas ini harus diamanahkan melalui lembaga khusus, semacam konsorsium. Di sinilah rencana, pelaksanaan, dan evaluasi digodok. Insyaallah.