T(el)epati!, Kumpulan Cerita Lokal yang Dahsyat!: Cerita dari Peluncuran Buku Along Siwi

4 Min Read

Oleh: Farninda Aditya

Sambas tentu bangga dengan lahirnya buku Along Siwi berjudul T(el)epati! Mengangkat tema lokal memberi perhatian khusus pada buku pertama Dare yang berasal dari Kampung Dagang, Sambas tersebut. Selain dari sisi buku, anak pertama yang kerab dipanggil Along ini juga menjadikan panggilan anak pertama pada Melayu Sambas sebagai nama penanya. Along yang bernama lengkap Siwi Annisa ini menganggap T(el)epati! sebagai anak pertamanya.

Pada kegiatan Ngobrolin Penulis (Ngopi) kerja sama Kalbar Membaca dan Penerbit Pustaka Rumah Aloy, Dedy Ari Asfar menyampaikan kegembiraanya atas karya Along Siwi. Selendang Dara Tarigas, menurutnya adalah cerita yang dahsyat!

Penulis cerpen Agik Idop Agik Ngelaban dalam buku Kalbar Berimajinasi, menilai bahwa eksplorasi lokal yang dilakukan Siwi pada ceritanya sangatlah bagus. Ia berharap, akan terus ada karya-karya dengan model yang sama.

“Menarik, ketika Siwi mengeksplorasi tradisi lokal di dalam cerpen ini. Ada satu kisah yang dahsyat untuk saya. Dari ide, plot, termasuk ending-nya pun menarik. Ada yang lain daripada yang lain. Budaya Sambas dengan imjinatif yang berbeda. Cerpennya berjudul Selendang Dara Tarigas. Simbolik selendang itu terasa sekali.” Ungkapnya dengan air muka senang.

T(el)epati telah dikenal sejak Kalbar Book Fair Tahun 2016 di Rumah Radakng. Pada kegiatan tersebut banyak yang meminati buku terbitan Pustaka Rumah Aloy ini, tak heran belum saja “aqiqah” untuk diperkenalkan pada khalayak, Direkturnya, Maryadi terlihat memaksakan senyum, “Habis!” katanya.

Bagaimana tidak, warung kopi V’note yang Sabtu malam itu diramaikan dengan pengunjung Peluncuran dan Bedah Buku, bertanya-tanya, “Bukunya ada?” dan menegaskan “Saya mau beli!” Berjudul T(el)epati! Ternyata membuat banyak pertanyaan, “Mengapa tanda baca kurung berada di antara ” el”? Apa artinya? Apa sejarahnya?

Redi atau akrab dipanggil Kakanda Redi tak mau menyiakan waktu untuk meminta jawaban dari mahasiswi Prodi Bahasa dan Sastra Universitas Tanjungpura tersebut. Pada Along, ia berkata “T(el)epati!, apabila ” el” dihilangkan akan menjadi Tepati! Apa itu berhubungan dengan maksud cerita?”

Sajidin yang memandu cerita, juga tak dapat menahan peran, ia juga mencoba ikut mengungkapkan penasarannya. “Jujur, sewaktu buku ini di Book Fair, banyak yang nanyak same saye, saye pon ade beli buku ini ni, apeee maksud judul e, a sekarang Kak Siwi ni ceritekan ngan kite-kite ni”.

Along Siwi yang malam itu mengenakan jilbab bewarna kuning bak puteri keraton Sambas yang memukau. Ia membenarkan perkiraan penulis novel Gerimis, T(el)epati! memang bermaksud tepati. Cerita itu menceritakan tentang komitmen dan kepercayaan dua sejoli. Tak perlu bertanya-tanya, tapi dengan telepati keduanya dapat jawaban. Sayangnya, ketika kekasih hati jauh di mata rupanya tak menepati janji, telepati pudar, sinyal menghilang. Banyak pertanyaan diberikan padahal pemegang janji tahu, pertanyaan tersebut tak perlu diajukan. Sebab, telepati. Sama-sama mengetahui. Janji harus ditepati!

Di penghujung acara, Along Siwi bercerita tentang tanggapan orang tuanya, Ayahnya sangat takjub karena anaknya bekarya. Buku Along dibawa sang ayah kemana-mana. Tetangga-tetangga diceritakan, Anak saya nulis buku, ini buku anak saya. Tak hanya itu, bangganya pun ia sampaikan pada Wakil Bupati Sambas.

Jadi buku itu diberikan kepada Wakil Bupati Sambas, cerita Along yang disambut tawa dan tepuk tangan.


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
Share This Article