in

Seminggu di Negara Malta

malta

Oleh Yanti Mirdayanti

Liburan pertama sejak pandemi bulan Maret. Seminggu saja: 6 – 13 Sept. Setiap hari panas terik dan basah keringat. Udaranya sangat lembab. Inginnya minum terus dan berendam terus di air.

Setelah seminggu penuh berenang di perairan Laut Tengah (Mediterranean Sea) di beberapa tempat alami nan indah di pulau Malta dan pulau Comino, kini kulit menjadi lebih gelap. Cepat sekali perubahannya. Ditambah berkeliling panas di atas bus terbuka seharian di pulau Gozo.

Kadang juga diselingi berenang di kolam renang hotel pagi sekali atau sore sekali. Tetapi berenang di perairan laut yang segar jauh lebih menyenangkan, terutama di atas jam 4 sore, saat matahari tidak terlalu ganas.

Sampai di Hamburg – Jerman kembali hari Minggu tengah malam. Dari bandara Malta sore hari. Capek (karena non-stop banyak bergerak), namun bahagia dan puas (karena banyak yang dialami dan dipelajari). Banyak berkeliling dan melupakan sejenak dunia Medsos maupun Zoom serta Webinar. Bebas komputer untuk sementara. Hanya perlu GPS dan map.

Penerbangan dengan pesawat Lufthansa:
Hamburg – München – Malta
Malta – Frankfurt – Hamburg

Kasus Covid di negara Malta tidak termasuk tinggi. Suasana terasa normal. Namun masker tetap wajib dipakai di dalam ruangan-ruangan maupun kendaraan umum. Jika tidak, kena denda 100 Euro. Para polisi turut mengawasi. Jaga jarak tetap diterapkan.

Negara Malta adalah negara kecil di atas perairan Laut Tengah. Terdiri dari tiga pulau saja, yaitu: 1) Malta, 2) Comino, dan 3) Gozo. Dalam seminggu seluruh negeri bisa dikelilingi.

Hubungan antar pulau dilakukan dengan kendaraan feri atau dengan boat-boat pribadi. Di dalam pulau dengan bus umum atau kendaraan pribadi, atau mobil sewa. Untuk para turis ada taksi, bus-bus umum, maupun bus turis khusus.

Setir mobil di sebelah kanan (jalur kiri), seperti di Indonesia. Warisan kolonial Inggris.

Sejak 2004 negara Malta menjadi anggota Uni Eropa. Sejak 2007 termasuk ke dalam grup negara Schengen. Sejak 2008 bermata uang Euro.

Bahasa Maltese dan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Ibu kotanya, Valletta, sangat tua dan indah, serta antik. Mirip museum, megah dan sepi.

Kota bisnis dan pusat ekonominya bukan di Valletta, melainkan di kota sebelahnya, bernama Sliema, kota yang tersibuk di Malta.

Jumlah penduduk seluruh negeri Malta hanya sekitar 500.000 jiwa. Namun termasuk padat karena luas negerinya hanya 316 km persegi.

Bisa dibayangkan, negara Malta adalah gurun tandus tanpa rimbun pepohonan. Seperti halnya negara-negara di Timur Tengah. Yang bertahan hanya kaktus dan satu dua pohon lainnya.

Namun warna biru dan hijau turki air lautnya di seantero negeri yang memisahkan ketiga pulau sangatlah membuat negeri ini cantik. Sehingga secara bergantian telah menggoda para tentara kolonial: Roman, Ottoman, Prancis, dan Inggris.

Sekarang Malta menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis mancanegara. Sejarah, perairan bersih, dan sinar matahari lebih dari cukup. Negara kepulauan kecil ini tepatnya berlokasi di antara pantai Sicilia dan pantai Afrika Utara. Wilayahnya termasuk kawasan Uni Eropa.

Minum kopi di Malta jauh lebih murah daripada di Jerman. Rasa kopi Cappuccino atau apa pun sungguh nikmat. Kopi sungguhan ala Italia. Pizza dan Salat pun nikmat, ala Italia juga. Santapan utama adalah ikan segar. Hasil tangkapan dari Laut Tengah.

Pengaruh Italia memang sangat besar di Malta, termasuk agama, bahasa, makanan, dan sebagian karakter orang-orangnya. Terutama karena lokasi keduanya yang berdekatan.

Sekitar 365 gereja Katolik tersebar di seluruh negeri. Kebanyakan berada di atas bukit atau tempat tertinggi. Bertengger di antara candi-candi besar berbatu dan berbata tangguh dari era megalitikum. Gereja-gereja besarnya berkubah dan berminaret. Selintas mirip mesjid-mesjid tua.

Karena banyaknya bangunan kuno, maka negara Malta hingga kini pun bagaikan museum hidup. Di mana-mana bangunan tua nan megah dan kuat. Juga tembok-tembok berbatu tua. Serta rumah-rumah susun tua yang dibangun di atas perbukitan berbatu-batu.

Tak heran, sejak 2018 secara resmi tiga tempat di Malta (termasuk keseluruhan wilayah ibu kota Valletta) masuk ke dalam daftar Warisan Budaya UNESCO.

Jika kembali lagi berlibur ke Malta, terutama antara Juli – Agustus – September, pasti akan saya bawa payung, sebagai pelindung dari sinar matahari terik. Topi saja terasa tidak cukup. Sama seperti jika berjalan kaki siang hari di pulau Bali yang sinar mataharinya tak kalah galak menggigit.

(Malta, 6 – 13 September 2020)

Catatan: Ya, nama “Malta” adalah nama pulau dan sekaligus nama negara juga.

*Penulis adalah kontributor teraju.id, mengajar di Hamburg University Jerman

Written by teraju.id

IMG 20200916 WA0040

24 Pemuda Ikuti Program Hapal Quran di Santri Riil Cave

djangkang-dayak

LOCUS STUDIORUM