teraju.id, Nusantara – 12 rekor baru tercatat dalam Live Concert 107th Sultan Hamid. Hal ini diukur dari pemberitaan media massa lokal, nasional dan internasional.
1. Bahwa belum pernah terjadi dalam pengajuan gelar pahlawan nasional di NKRI prosesnya panjang dan lama seperti Sultan Hamid II Alkadrie sang perancang lambang negara elang rajawali Garuda Pancasila. Menurut Ketua Yayasan Sultan Hamid, Anshari Dimyati, lamanya sudah 20 tahun. Sementara dalam pengusulan Baswedan yang sempat tertunda Presiden RI Joko Widodo mengaku memang harus sabar menunggu proses naiknya pengajuan pahlawannasional sampai ke meja kerjanya untuk ditandatangani. “Pak Baswedan masih tertunda, mungkin tahun depan.” Begitu kata Jokowi beberapa tahun lalu, dan setahun berikutnya benar Baswedan menjadi pahlawan nasional.
2. Live Concert 107th Sultan Hamid II Alkadrie didukung seniman seluruh Indonesia dari Aceh sampai Papua. Zoel MS mengirimkan sketsa dari Naggroe Atjeh Darussalam. Tengku Ryo dari Kesultanan Serdang. Iyut Fitra dari Payakumbuh. Kyla dari Bogor. Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) dari Jombang-Yogyakarta (Jatim-Jateng/DIY), hingga peserta webinar dari Papua Barat.
3. Live Concert rencananya 12 jam menjadi 14 jam non stop. Ini hanya terjadi baru kali ini di tengah Pandemi Covid-19 dengan mengusung tema kepahlawanan. Beberapa konser bertajuk pop dan populis, tidak menyentuh ranah kepahlawanan.
4. Kental seni budaya dan sastra Melayu Nusantara. Tampilan pantun yang saling jawab-menjawab, laksana pucuk dicinta ulam pun tiba. Kecil telapak tangan nyiru kami tadahkan. Gayung bersambut–kata dan kalimat berjawab. Keindahan sastra ini mengocok perut pemirsa.
5. Live Streaming terbanyak. Sampai ke Mancanegara di mana tayangan YouTube, disambung ke FaceBook, dan Instagram. Saling sambung menyambung dengan perkiraan pemirsa mencapai puluhan ribu. Bermula dari peserta zoom 500 orang, YouTube 1500 orang, dan bereplikasi ke banyak kantong-kantong massa.
6. Sambutan hangat dari mancanegara yang punya ikatan emosional seni sastra Melayu. Gabungan Penulis Malaysia (Gapena), muslim Pattani – Thailand, mahasiswa Wina-Austria, dan Kanada. Antusiasme mereka dalam leburan seni sastra pesohor asal Kalbar dan Nusantara.
7. Live Concert ini gotong royong. Tanpa sponsor bisnis ekonomi dan politik. Panitia dalam term of reference-nya nyata-nyata menyebutkan probono. Semua seikhlasnya. Hal ini baru sekali ini terjadi di Nusantara barangkali juga dunia.
8. Derai air mata pemirsa dan panitia. Dimulai dengan gesekan biola seorang siswa SMP asal Bogor. Kyla. Judul lagu yang dibawakannya “Rayuan Pulau Kelapa”. Nasionalisme keIndonesiaan digesek sampai relung hati terdalam. Tanpa terasa tetes air mata membasahi pipi. Boleh saksikan penampilannya di rekaman teraju.id channel Youtube seri 1 dan 2.
9. Lagu tercepat dengan nada khas Band Arwana. Lagu tentang Garuda Khatulistiwa tercipta dalam tempo dua hari saja. Menurut musisi Arwana, Yudi Chaniago ini the best karyanya dari sederet album hits Nasional Indonesia era 2000. Terbaik dan tercepat pula. Saksikan di teraju.id channel YouTube dan telah tersebar di sosial media. Lagu ini diyakini evergreen. Everlasting sebagaimana penghormatan Iwan Fals kepada Proklamator Dr Muhammad Hatta.
10. Event tercepat skala nasional terselenggara sukses dan lancar. Persiapan kegiatan dimulai pada 11 Juni 2020 setetah Webinar bersama Badan Pengkajian MPR tentang Sultan Hamid II Pahlawan Nasional. Panitia terbentuk, lalu mulai saling kontak kepada seniman dan musisi. Dukungan mengalir dan performance pada 26 Juli 2020. Hanya dalam waktu dua minggu, atau setengah bulan. Melibakan empat studio rekaman di Kalbar, dan 1 di Jakarta.
11. Spirit nan tak bisa lagi surut. Para seniman kompak dan bersatu, ingin even ini menggelinding terus sebagai bola salju, karena menghibur umat manusia dari dunia segala penjuru. Bukan menyangkut Hamid saja yang “dizolimi”, tapi sudah pada esensi kemanusiaan yang bersifat universal. Bahasa hati. Bahasa qalbu. Menghibur rakyat seluruh negeri di masa pandemi agar marwah kesehatan menjadi tinggi, imunitas menguasai fisik sehingga kebal dari penyakit lahir maupun batin. Seni adalah obat penawar yang jarang dibicarakan di masa pandemi global.
12. Rekor gesekan biola terpadu dari 3 maestro. Kyla (remaja/Bogor), Hendri Lamiri (personil grup band Arwana/Jakarta), dan Tengku Ryo (musisi internasional asal Serdang/Sumatera Utara), serta Orkestra Biola Syair Melayu pimpinan Badarudin Mohan bersaudara (Pontianak).
Demikian 12 rekor yang bisa saja bertambah. Angka 12 dipilih panitia dan pengamat dari teraju.id karena angka tanggal kelahiran Sultan Hamid, yakni 12 Juli 1913. Persis kini 107th Sultan Hamid Sang Perancang Lambang Negara–Negarawan Diplomat Nusantara. (kan)