Teraju.Id, Rektorat Untan
Guru besar sosiologi Prof Dr H Syarif Ibrahim Alkadrie, M.Sc dalam sambutannya menegaskan agar lahir generasi muda yang berani mengkaji ketidakbenaran. Kajian itu ditulis dan ditumbuhkembangkan sehingga lahir solusi yang cerdas dan damai.
Prof Syarif bercerita soal Seruan Pontianak dari sejumlah aktivis multietnis dengan pernyataan penuntasan kasus konflik kekerasan yang pernah terjadi di Kalbar.
“Saya saat itu sedang berada di Bandung kemudian ditelepon Kapolda Kalbar Brigjen Pol Erwin TPL Tobing. Beliau bilang Kalbar tak bisa diurus sendiri. Bantulah saya,” ujarnya disambut perhatian serius hadirin. Erwin TPL Tobing yang duduk di panel depan pun memperhatikan serius.
“Saya membantu Kapolda lewat tulisan panjang. Media massa lokal memuatnya sampai tiga seri. Begitu cara saya berjuang lewat tulisan mendamaikan situasi yang sudah mencekam. Alhamdulillah situasi menjadi sejuk dan damai sampai sekarang.”
Syarif memuji kepemimpinan kepolisian di tangan Erwin yang ditulisnya di media massa lokal serta dimuat pula dalam buku-buku karya Syarif. “Beliau tegas, namun bisa menangis kalau mendengarkan lagu-lagu sedih,” aku Syarif disambut derai tawa hadirin, tak terkecuali Erwin yang tampak terkekeh-kekeh di samping posisi duduk rekannya Ir H Achmad Manggabarani.
Konflik lain yang rawan namun bisa diselesaikan dengan perdamaian elegan adalah Peristiwa Makalah Hasan Karman. Hal itu bermula dari ketidakjelasan kutipan mengenai lanun. “Kami selenggarakan seminar ilmiah di Untan dan itu semua perjuangan lewat tulisan. Alhamdulillah juga sejuk dan berakhir damai.”
Ketika berbicara suara Syarif Ibrahim semula serak-serak parau, namun lambat laun menjadi jelas, utuh, penuh, vokal. Forum ilmiah semacam ini ibarat ikan dengan air. Prof Syarif selalu penuh spirit dalam semangat keilmuan, keilmiahan, akademis. Selamat ulang tahun ke-70 Prof Dr H Syarif Ibrahim Alkadrie (1/9/16). (nuris)