Oleh: Luna Pujianto *
Masjid tertua di Pontianak dibangun pada tahun 1771. Ia berada satu baris dengan Keraton Qadriah dan makam Sultan yang berada di wilayah Batulayang. Begitu seorang bapak tua bercerita. Sejak saat itu, jika sultan duduk di atas singgasana, maka beliau bisa melihat kedua bangunan tersebut, supaya selalu mengingat Allah SWT dan kematian. Bapak tua tersebut bekerja dengan sukarela di Keraton Qadriah, karena Sultan saat ini sudah tidak tinggal di istana.
Ketika Kampoeng English Poernama bersama dua mahasiswa magang dari Jerman datang untuk berkunjung, ia sigap menjelaskan setiap foto dan artefak serta menerangkan arti dari dekorasi keraton. “Semua di sini mempunyai filsafat,” katanya sambil menunjukkan dekorasi pintu yang berkenaan dengan alfabet Arab.
“Orang-orang sini masih percaya dengan sakral. Inilah salah satu alasan kenapa keraton ini terasa seperti hidup.” Walaupun tidak semua pengunjung mengerti penjelasan bapak tersebut lantaran mereka datang dari seluruh dunia. Namun semua bisa merasakan aura di dalam keraton.
![Keraton Kesultanan Pontianak Berdiri Filosofis Sejak 1771 2 Luna Pujianto (tengah) diapit Dhea (kiri) dan Amel (kanan) ketika mengunjungi Keraton Kesultanan Pontianak.](https://teraju.id/wp-content/uploads/2017/08/WhatsApp-Image-2017-08-05-at-16.11.25.jpeg)
Setelah kunjungan para pengunjung bisa meninggalkan donasi. Ini kunjungan yang sangat berharga di mana tidak hanya untuk pengalaman fisik, tetapi juga untuk cerita-cerita di balik gedung tertua di Kota Pontianak yang kini berubah menjadi ibukota provinsi yang maju dan modern. (mahasiswa peserta internships programe di media online teraju.id)