teraju.id, Singkawang – Pesta demokrasi “Pilkada Walikota Singkawang” yang kontestasinya pada Februari 2017 menimbulkan kekecewaan pada pasangan Moses Ahie-Amir Fattah (MAAF) karena dari 39.000 dukungan KTP, hanya 13.000 yang diverifikasi sehingga MAAF tak berhak mendapatkan nomor urut alias tidak lolos sebagai pasangan kelima. Sedangkan empat pasangan lainnya sudah mendapatkan nomor urut karena lolos verifikasi. Yakni nomor urut 1 (Tjhai Nyit Kim alias Malika Awang Ishak – Suriyadi /MAS), 2 Tjhai Chui Mie – Irwan (CHAIR), 3 Abdul Muthalib – Muhammadin (AMIN) dan 4 Andi Syarif – Nurmansyah (An-Nur).
Massa yang mendatangi KPU Kota Singkawang kecewa karena tidak disambut atau dilayani dengan baik sehingga mereka mulai emosi alias “naik pan”. Di KPU mereka hanya diterima Ketua Pokja Kampanye, Soling, dan massa menggebrak meja sehingga berdrai. Syukurnya kontrol aparat Polresta, cukup ketat dan sigap, sehingga tak ada kerusakan lain. Massa dapat ditenangkan.
Tak puas di KPU, massa coba mengambil alternatif demokratis, yakni menuju ke Kantor Panwaslu. Sebab Panwaslu adalah wasit di dalam pesta demokrasi. Namun, sayangnya di sana pun mereka tidak diterima sebagaimana mestinya sehingga makin mengamuk.
Massa pasangan MAAF kemudian mengancam akan melakukan pengrusakan serius di Kota Singkawang. Mereka konvoi. Di kepala sudah terikat kain merah. Des, terbukti kaca lampu taman di lingkaran tugu naga hancur. Tugu yang pada Pilkada sebelumnya juga menjadi heboh akibat pembangunannya di perempatan jalan sempit sekaligus menjadi simbol perlawanan kelompok tertentu dirusak. Pengrusakan patung naga ini adalah simbol atas sebuah pesan tertentu.
Kota Singkawang sempat mencekam akibat pergerakan massa MAAF di dalam kota. Namun kesigapan aparat Polresta di bawah pimpinan AKBP Sandi A Mustafa maupun Kodim diacungi jempol. Di mana mereka menjaga pergerakan massa sekaligus menyarankan agar aspirasi disalurkan dalam koridor yang benar, serta jangan membuat onar. Karena rakyat butuh keamanan di luar kontestasi Pilkada.
Begitupula sikap warga. Pada kawasan tugu naga, mereka pilih menutup rumah dan toko. Di jalan raya para pengendara pilih menepi kala iring-iringan massa MAAF melintas. Tetapi Kota Singkawang yang sempat mencekam dalam tempo singkat kembali kondusif setelah massa MAAF membubarkan diri.