teraju.id, Jakarta – Acara galadinner di forum Rakernas Bina Antarbudaya (American Field Service/Intercultural Learning/AFS) Minggu, 9/2/19 malam di Hotel Menara Peninsula istimewa dari biasanya. Hal ini dikarenakan alumni AFS yang kini mengemban amanah sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta, Prof Dr Anies Baswedan turut hadir didampingi putrinya yang cantik, Tiya.
Anies Baswedan hadir pada pukul 19.15 dengan mengenakan batik lengan panjang warna merah muda. Sementara Tiya mengenakan gaun cokelat muda. Penampilan bapak-anak ini tampak serasi dikawal ajudan sebagai protokoler kedinasan Pemerintah Provinsi DKI. Kehadiran mantan Rektor Universitas Paramadina ini langsung menghangatkan suasana makan malam dengan acara puncak apresiasi budaya Indonesia untuk kawasan Eropa, Amerika, Asia dan Afrika.
Pria yang sempat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di awal periode pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla disambut akrab Direktur Eksekutif Binabud Nina Nasution dan Dewan Pembina, Asmir Agoes maupun Irid A Agoes, para ketua Chapter Binabud seluruh Indonesia maupun volunteer yang hadir memenuhi ruangan.
Selain jabat tangan erat, permintaan foto bersama Anies Baswedan datang dari berbagai chapter maupun prosonel. Tiya sang putri Gubernur dengan ramah turut menyalami peserta Rakernas, dan di sela kesibukan ayahnya dia sempat mengambil sepiring makanan untuk dinikmati di meja utama.
Di kesempatan pidatonya yang berdurasi lebih kurang 30 menit, Anies yang pernah empat tahun menjadi koordinator “Sending” dan setahun koordinator “Hosting” di Chapter Jogjakarta menyatakan salut atas eksistensi Binabud yang telah berumur 34 tahun mengabdi untuk Indonesia.
“Saya senantiasa berkoordinasi dengan Ka Irid dan Ka Asmir mengenai AFS. Adalah PR (Pekerjaan Rumah, red) kita di Jakarta untuk menjaga, bahkan meningkatkan sustainable financing dengan Gerakan Bayar Balik,” ungkap Anies disambut tepuk tangan meriah hadirin.
Dia berjanji akan membuat acara khusus di Balai Kota Jakarta dalam rangka membahas “Gerakan Bayar Balik” ini. “Kita akan undang para returnee untuk bisa menjadi motor Gerakan Bayar Balik. Satu returnee satu person,” timpalnya yang kembali mendapatkan applaus meriah. “Kerjasama juga dengan kedutaan-kedutaan yang ada di ibukota,” tambahnya.
Sebagai gambaran kegiatan sending, Binabud telah memberangkatkan pertukaran calon pemimpin masa depan Indonesia sebanyak 3.800-an orang. Begitupula untuk saling mengenal budaya dunia, telah menerima 1.500-an pelajar mancanegara ke bumi Nusantara. Di antara kedua program pokok tersebut melibatkan banyak relawan, serta diharapkan punya dampak bagi perdamaian dunia, sebagaimana misi lahirnya AFS. Yakni untuk mewujudkan perdamaian dunia.
Sebagai salah seorang returnee, Anies merasakan terjadinya akumulasi pengalaman kultural yang luar biasa pada dirinya, maupun figur-figur sukses alumni AFS lainnya. Sesuatu pengalaman yang tidak dimiliki organisasi lainnya di Indonesia. AFS, menurutnya telah menjadi eskalator yang luar biasa untuk kemajuan diri dan profesionalisme setiap peserta program pertukaran.
Anies mengikuti seleksi di Binabud Chapter Jogjakarta pada tahun 1987. Saat itu dia merasakan perbedaan alias gap antara Jogja dengan Jakarta masih kuat. Tetapi dengan mengikuti program AFS di AS, secara alamiah dia merasakan semakin kental sebagai warga Jogja, warga Indonesia, bahkan warga internasional-dunia. “Global citinzenship. Kita tertantang turut berkiprah,” tegasnya.
Di era millenial diulas Anies, pengalaman interaktif langsung sangat penting. Kultur digital menurut Anies memang bisa menyatukan, tetapi juga bisa mengotak-kotakkan. Oleh karena itu pengalaman interaksi langsung justru semakin diperlukan. Karena komunikasi langsung membuat manusia lebih manusiawi.
Peserta program Binabud memang diarahkan menjadi pemimpin masa depan yang paham akan kemajemukan. Semua digembleng menjadi pemimpin dan melakukan perubahan ke arah peningkatan harkat, martabat, dan kesejahteraan umat manusia.
“Pemimpin itu lahir karena ada yang dipimpin. Atau sebaliknya, pemimpin itu jadi pemimpin karena ada mengikuti, mentaati, menjalankan. Kalau tidak ada pengikut berarti bukan pemimpin. Contohnya shalat. Jika seseorang berdiri, lalu ada yang mengikutinya, maka sebutannya langsung disebut sebagai imam.” Pentingnya kepemmpinan returnee menjadi titik tekan Anies Baswedan.
Di kesempatan yang sama salah seorang alumni pertama AFS dan pendiri Binabud (AFS Indonesia) Irid A Agoes turut memberikan prolog. Di kesempatan itu, Irid menyampaikan sebuah keputusan penting Dewan Pembina melalui rapat pada medio Nopember tahun 2018. Bahwa diputuskan pemberian amanah kepada kader muda untuk duduk di Pengurus Harian Dewan Pembina, yakni Kak Shinta. Wanita yang aktif di setiap kegiatan Binabud yang sehari-hari bekerja di filantropi Unilever Indonesia menyambut amanah tersebut dengan harapan mendapat dukungan, bimbingan dan ridho Allah Swt.
Acara semakin semarak dengan penampilan apresiasi budaya 20 chapter untuk kawasan Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Penampilan terbaik dijuarai tim Afrika. (Nuris)