teraju. id, Yogyakarta – Terbiasa dengan layanan taksi online yang murah meriah serta cepat geraknya, tidak berlaku di bandara internasional Adi Soetjipto, Yogyakarta. Terpampang di depan pintu kedatangan sebuah peringatan: taksi online dilarang menaikkan penumpang.
“Maaf pak, kami tidak bisa masuk bandara. Kami hanya bisa menunggu di luar pagar,” ungkap driver dalam komunikasi via telepon seluler setelah saya melakukan pesanan via aplikasi go car.
Sebelumnya saya naik Gojek dari Purnama ke Bandara Internasional Soepadio. Biayanya hanya 31 ribu rupiah. Dan saat order go car saya lakukan, pada layar aplikasi muncul peta jarak dan waktu tempuh. Jaraknya hanya 500 meter. Waktunya dua menit. Biaya hanya 15 ribu rupiah. Harga yang super ekonomis jika dibandingkan taksi konvensional.
Saya sebenarnya hendak berjalan keluar bandara via imigrasi, sang driver menunggu di pintu keluar. Sayangnya pesanan ini terpaksa saya batalkan karena ada rekan yang beroleh jemputan. Rekan ini berasal dari Padang, Sumbar. Ia punya jemputan dengan mobil Avanza. Minim penumpang.
Bagaimana dengan order go car? “Bapak yang batal kan ya,” ungkap driver dengan sopan.
Saya seraya minta maaf, bahwa rupanya sudah ada kendaraan jemputan kembali membuka aplikasi go car. Di sana ada entri pembatalan. Juga ada pilihan alasan kenapa melakukan pembatalan.
Pilihansaya sudah ada kendaraan jemputan lain. Menariknya, menu pelayanan online memang jitu. Tampak sekali sistem kerja dibangun profesional. Semisal ketidakpuasan atas pelayanan akan tampak. Seperti misalnya driver terlalu lama datangnya, kendaraan jelek, tidak sopan dll. Dalam hal itu moda transportasi online menawarkan pilihan murah meriah profesional yang sangat menolong anak zaman now.
Dalam berbagai level kerja, semua bergerak ke layanan online. Jika kita tidak ikut bergiat di zaman online begini, pekerjaan akan tertinggal atau ketinggalan zaman. (Nuris)