teraju.id, Purnama – Pimpinan Pondok Pesantren Quran Nurul Muhsinin Ustadz Drs H Arief Hasbillah, M.Ag di hadapan jamaah pengajian tafsir Masjid Jamiatush Sholihin mengajak mendoakan wafatnya ulama muda, Prof Dr H Muhammad Haitami Salim, M.Ag yang menghembuskan napas terakhirnya pada malam Jumat, 20/4/17.
Doa agar dosa-dosanya dihapuskan, amal ibadahnya dilipatgandakan serta diganjar dengan kehidupan syurga yang jauh lebih baik daripada dunia yang fana, Jumat, 21/4/17 setelah shalat maghrib berjamaah. Doa dimulai dengan pembacaan ummul kitab, Alfatihah.
Dengan mengenakan peci putih dan baju koko putih, Arief memulai dengan tafsir QS Al Isra’ ayat 1. “Setiap kejadian, ada ungkapannya,” katanya.
Jika mendapatkan kenikmatan, ucapannya adalah alhamdulillah. Jika melihat sesuatu yang menakjubkan, bacanya subhanallah. Adapun jika mendapatkan musibah, bacanya innaa lillahi wainnaa ilaihi roji’un.
“Pak Haitami Salim sahabat kita telah dipanggil Allah SWT. Yang bisa kita ucapkan adalah innaa lillahi wainna ilaihi roji’un. Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Kita mau apa lagi ya?” ungkapnya dengan aksen Jawa Barat kentara.
Diuraikan Arief Hasbillah, bahwa maut pasti terjadi kepada setiap makhluk yang bernyawa. Baik seseorang itu rela ataupun terpaksa. Adapun kisah syakaratul maut guru besar satu-satunya milik IAIN Pontianak itu seperti dikisahkan Fahrul Rozi saudara kandungnya adalah sangat ikhlas.
Dimana kata Fahrul Rozi, “Menghadap Allah itu sangat nikmat.”
Sementara ikhlas adalah puncak daripada ibadah. Di mana banyak ayat di dalam Alquran yang menyebutkan bahwa amal ibadah seseorang akan diterima apabila pada dirinya terdapat sifat ikhlas. Oleh karena itu dengan iringan sifat ikhlas tergambar pula dengan Allah menggerakkan hati puluhan ribu jamaah Jumat Masjid Raya Mujahidin berdiri mensholatkan fardhu kifayah Prof Dr H Muhammad Haitami Salim, M.Ag dan seribuan orang bertahan mengikuti sampai pemakamannya.
“Insya Allah doa-doa kaum muslimin dan muslimat akan diijabah. Karena Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat seperti lanjutan ayat pertama Quran Surah Al Isra di mana Rasulullah SAW pada tahun duka cita dihibur peristiwa isra-mikraj dengan perjalanan penuh berkah antara Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsha terus ke Shidratul Muntaha. Dan memang benar bahwa menghadap Allah itu penuh nikmat.”
Di bulan peringatan isra’ dan mikraj ini, lanjut Arief Hasbillah kejadian dan fenomena bisa diartikan dengan mudah. Baik menggunakan dalil aqli (akal/logika), maupun dalil naqli (firman ilahi).
Sejarah masa lalu Rasulullah menjadi kajian yang bisa diambil pelajaran. Tak terkecuali kepada ulama yang mewarisi para nabi. (Nuris)