Oleh: Yusuf An-Nasir
Berawal dari keinginan untuk bercocok tanam, akhirnya ia membeli sebidang tanah untuk digarap.
Lahan tersebut berada di Gunung Panjang Jalan Batu Gajah Dusun Teluk Mastura Desa Batu Ampar, Kubu Raya. Akses lumayan jauh dari rumah penduduk dan Mushalla atau masjid.
Mengingat akses yang lumayan jauh tersebut akhirnya salah satu temannya mengusulkan untuk membuat Mushalla, sekedar untuk melepas lelah sambil memenuhi panggilan Hayya ‘Alas shalah.
Dari mushalla kecil tersebutlah sebuah keinginan untuk mendirikan pondok pesantren muncul. Setiap ada pengajian ia selalu meminta do’a kepada para kiai yang datang ke desa tersebut agar dimudahkan untuk mendirikan pesantren.
Ia adalah Ustadz Ali, alumni Pondok Pesantren Darul Ulum di bawah asuhan KH. Khairuman. Saat kedatangan Buya Yahya yang juga menantu KH. Khairuman, ke Desa Batu Ampar, ia mengutarakan niat mulia tersebut yang langsung tersambut dengan baik dan mendapat restu dari sang guru.
“Saya kemudian matur pada kiai (KH. Khairuman) dan kiai pun merestui untuk mendirikan pondok ini,” jelasnya pada Jum’at (07/11/2020).
Pondok ini diberi nama Al-Bahjah cabang Batu Ampar menginduk kepada Pondok Albahjah asuhan Buya Yahya.
Pembebasan lahan pun dilakukan untuk menambah kapasitas tanah milik pesantren. Bangunan pun didirikan mulai dari kolam ikan, asrama santri, rumah ustadz serta jeding dan WC umum.
“Pesantren ini sudah menghabiskan kurang lebih 200 juta, dan masih kurang sekitar 600 juta lagi untuk pembangunan asrama putri, aula dan sebagainya,” ungkap pria kelahiran Sungai Raya tersebut.
Saat ini kegiatan pendidikan yang sudah berjalan adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang isinya masih anak-anak tetangga sekitar. Waktu belajarnya ialah pada sore hari ba’da Asar hingga Maghrib.
Selain itu, ia juga membentuk jam’iyah pengajian bersama para asatidz muda di kampung tersebut yang diberi nama Tanbihul Ghofilin, yang isinya adalah anak-anak muda.
“Mereka diajak untuk mengisi hari-hari besar islam dan kegiatan keagamaan serta membuat kegiatan rutin sholawatan setiap malam senin,” ujar ustadz Ali.
“Alhamdulillah berawal dari keinginan untuk menanam durian kemudian membangun mushalla hingga akhirnya seperti ini, mohon do’anya semoga semua dilancarkan,” imbuhnya. (Penulis peserta Kampung Riset 2020*)