Oleh: Dwi gusti wulandari
Hari Selasa, 26 Agustus 2020 pada pukul 09.00 WIB kami calon Duta Literasi diminta untuk hadir di ruangan Club Menulis oleh para pembimbing Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Saat itu kami belum mengetahui dengan pasti mengenai mengapa kami diminta untuk hadir.
Ternyata kami diinformasikan mengenai fokus pemilihan Duta Literasi. Tentu saja hal ini sudah tidak asing lagi untuk kami dengar. Dikarenakan dari awal kami sudah mendapatkan informasi ini. Beberapa hal yang disampaikan oleh mereka adalah mengenai spesifikasi penilaian sebagai bukti siapa yang layak dalam pemilihan Duta Literasi. Di antaranya adalah, kami harus mampu melakukan tahap percetakan buku. Mulai dari editing, layout, cetak, dan pemasangan sampul pada buku.
Para pembimbing saat itu menjelaskan jumlah poin dalam setiap tahap penilaian kepada kami. Hari itu dimulai dengan proses editing dan layout. Kami diberikan file yang sudah disusun secara tidak rapi, agar kami dapat editing dan layout ulang. Cukup membuat kami sedikit menarik nafas dalam, mengingat pekerjaan ini bukanlah sesuatu yang dapat diremehkan, bahkan membutuhkan ketelitian.
Proses editing pun akhirnya kami mulai. Masing-masing dari kami mulai melakukan tahap-tahap dalam editing dan layout. Ada beberapa diantara kami yang tidak membawa laptop, sehingga beberapa diantara kami yang memiliki laptop harus bergantian dalam menggunakannya. Hal ini cukup membuat saya terkesan, kenyataannya mereka telah berhasil membuat sebuah buku lebih cepat dibanding yang lainnya, walaupun sebuah laptop tidak menjadi hal yang harus mendukung tulisan mereka. ini patut di-apresiasi.
Diakui, sebuah predikat atau pengakuan bagi seseorang harus memiliki hasil nyata. Memang kami telah berhasil membuat buku, namun jujur saja kemampuan kami hanyalah niat paling tinggi dalam bertanggung jawab untuk menyelesaikan. Rasanya perlu banyak pertimbangan dan usaha besar dalam menyesuaikan sebuah pengakuan dan kenyataan dalam ber-kemampuan. Persepsi orang lain memang bukan hak kita dalam memilikinya, namun sebagai manusia yang sadar kita perlu memahaminya sebagai ajang dalam proses untuk terus memperbaiki diri. (Peserta Program Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak).