Oleh : Khatijah
“Mok ke Jawai dah”.
Lama tak pernah kudengar ajakan itu, lagi-lagi dengan alasan sama seperti sebelumnya dikarenakan belum pulang kampung. Untuk informasi mengenai ajakan tersebut bukan mengajak bepergian ke Desa Jawai melainkan ajakan untuk pergi ke Pantai Putri Serayi. Tak bisa juga kujelaskan kenapa kami penduduk Jawai Selatan mengubah penyebutan Pantai Putri Serayi menjadi Jawai, dan Jawai itu hanya dikhususkan untuk Pantai tersebut sedangkan pantai lainnya seperti Pantai Kahona, Pantai Dunggun Laut, Pantai Sentebang selalu dengan jelas mereka menyebutkannya tak ada kata ganti.
Pengetahuan ini sebenarnya tidak terlalu aku permasalahkan karena memang sudah terbiasa dari kecil jika mereka bilang ke Jawai aku sudah tak perlu menanggapi dengan luas arti Jawai karena memang itu sudah kata khusus untuk pantai tersebut. Hanya saja kedatangan temanku ketika lebaran kemarin yang menimbulkan pertanyaan di benakku yang mana ibuku bahkan orang di sekitarku juga tak mengetahui jawabannya, mungkin perlu ekspedisi sebentar ke sekitaran Jawai untuk mencari jawaban yang masuk akal dengan pernyataan tersebut.
“Haa kakye, daan nak ke Jawai ke kitak?” tanya ibuku kepada temanku. Mendengar pertanyaan itu aku tak heran, tetapi terlihat dengan jelas wajah kebingungan mereka. Hening sekejap dengan pikiran masing-masing sebelum mendengar jawabannya.
“Jawai mane bu’? itok bukan ke udah di Jawai,” jawabnya penuh kekeliruan. Kami tertawa seketika mendengar jawaban itu. Entah kenapa menjadi hal yang lucu.
“Oh, maksud umak saye ke pantai, Bang” jelasku. Bukan tak lain hanya kata “Ohhh,” jawaban yang paling tepat.
Berbicara tentang Pantai Jawai atau Pantai Putri Serayi, dulu banyak yang bisa dibanggakan karena memang pantai yang panjangnya 3 Km, dengan luas 56 Ha, pasir berwarna kuning air laut sedikit membiru memantul dengan cahaya matahari dan Bukit Ramayadi, semilir angin yang menerbangkan nyiur menambah nikmat suasana pantai tersebut, kini tak lagi sama. Pantai yang sesak pada hari sabtu, minggu, hari kedua tiga dan empat lebaran Idul Fitri, juga hari ketiga lebaran Idul Adha. Karena memang selalu diadakan dangdutan yang mengundang artis ibu kota untuk menghibur para pengunjung. Dengan harga tiket sesuai artis yang di undang.
Tapi sekarang pantai tersebut sudah hampir hilang karena pasangnya air laut yang semakin meningkat, sehingga naik kepermukaan pantai ke garis tengah, belum lagi pentas yang setengah ambruk terkena gelombang membuat suasana pantai menjadi tidak indah.
Pontianak, 24 januari 2018