Menulis Karena Memeluk Luka

2 Min Read

Oleh: Qodja

Bersama buku adalah pilihan paling romantis bagi orang-orang yang ingin membenamkan rasa kecewa. Jalan keluar untuk mengalihkan perhatian dari segala hal di dunia nyata yang tidak sesuai harapan. Semacam katarsis bagi mereka yang lelah menahan gempuran obsesi dunia yang terus menyengat.

Bersama buku, kau akan melakukan perjalanan ke dalam teks-teks yang mengantarmu pada kesadaran baru, bahwa hidup ini seumpama samudera luas yang menampung banyak ekosistem kehidupan.

Kamu bisa menyelami dan menyaksikan kerumitan-kerumitan yang sesungguhnya terpola. Lalu kau kembali ke permukaan dan tersenyum manis setelah mereguk hikmahnya. Di saat itulah rasa syukur merekah di dadamu menggantikan kecewa.

Kamu bisa memilih untuk terus berlayar di atasnya. Menghadapi gelombangnya. Bertambat di pulau-pulau yang menarik minatmu. Menemukan pengalaman yang akan melengkapi jati dirimu. Karena tidak ada kebijakan yang lahir tanpa mengalami.

Mengapa orang-orang bijak bisa berpuisi? Karena rasa yang mengisi kata-kata yang mereka gubah adalah ekspresi jiwa terdalam setelah mengalami banyak kepahitan. Gempuran kehidupan dengan berjuta rasanya. Tapi kemudian mereka bangkit bersama potongan hati yang pulih. Menemukan hakikat dari peristiwa daun yang jatuh tak pernah membenci angin.

Mereka menerima. Membaca lalu menunjuk satu bintang. Menafsirkan bahwa mencintai angin harus bersedia menjadi siut.

Pak Kuntowijoyo, sastrawan idolaku pernah berujar, “Yang bersampan di sungai harus perhatikan arus, batu dan jeram. Yang bersampan di lautan harus melihat bintang-bintang”


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
TAGGED:
Share This Article