Oleh: Imam Muflia*
Namaku Imam Muflia, aku merupakan mahasiswa IAIN Pontianak, Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir. Sebelum aku menuntut ilmu di kampus ini, banyak rintangan yang aku lalui. Diantaranya yaitu soal biaya UKT. Aku merasa kasihan melihat orang tuaku jikalau harus menanggung biaya perkuliahanku nanti, dari itu aku memberanikan bilang kepada orang tuaku.
Aku: “Bapak…. kalau boleh saya tidak kuliah yah pak, kuliah itu butuh biaya besar. Saya mau kerja saja dan membantu bapak nafkahin adik-adik.”
Bapak: “Jangan Nak.. Kamu kuliah saja, Bapak pengen liat kamu kuliah dan jadi orang sukses.”
Aku: “Tapi Pak, kuliah itu butuh biaya besar”
Bapak: “Gak apa-apa itu udah jadi kewajiban Bapak untuk menyekolahkanmu”
Aku: “Tapi pak..”
Bapak: “Ssts….udah udaaah, insya Allah pasti ada jalan. Kita punya Allah yang Maha Kaya”
Ternyata apa yang aku utarakan ditolak oleh Bapak. Hati ini sedikit merasa sedih dan bangga juga. Sedih karena gak tega harus liat Bapakku kerja banting tulang demi membiayai perkuliahanku. Bangganya karena aku bisa memiliki sosok ayah yang seperti bapak, yang selalu manjadi contoh dan pemimpin untuk istri dan anak-anaknya.
Esokannya aku pergi ke rumah kawanku yang juga ingin kuliah katanya. Setelah sampai d isana aku mengajak dia untuk pergi ke rumah teman yang sedang menempuh perkuliahan di kampus IAIN Pontianak. Teman yang jadi tujuanku ini juga merupakan abang kelasku ketika di SMA dan ketika di pondok pesantren. Setelah aku dan temanku tadi sampai di tujuan, kami langsung mengutarakan maksud tujuan kami yaitu berkeinginan untuk kuliah di perguruan tinggi.
Awalnya Abang Kelasku ini menanyakan mau kuliah di kampus mana, dan kami pun bilang bahwa kami ingin kuliah di IAIN Pontianak. Setelah kami mengutarakan semuanya lalu Abang Kelasku ini menyuruh kami untuk datang ke kampus esokan harinya. Kemudian kami pamit pulang dan tidak lupa pula mengucapkan ribuan terima kasih karena sudah menerima silaturrahmi kami dan sudah mau untuk membantu kami mengurus proses pendaftaran kuliah.
Aku pun langsung ke kampus IAIN Pontianak sesuai yang diminta oleh Abang Kelasku. Setelah sampai di kampus, ternyata abang kelasku ini sudah ada di lokasi terlebih dahulu. Dalam hatiku berkata: “Subahanllah ternyata anak kampus itu selalu tepat waktu”.
Kemudian aku sapa dia “Assalamualaikum Bang” kemudian dia menjawab
“Wa’alaikumsalam dek”. Setelah semua urusan pendaftaran selesai, aku pamit pulang kepada Abang Kelasku ini dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Setelah mengikuti ujian penerimaan yang telah akademik laksanakan, Alhamdulillah ketika pengumuman kelulusan nama aku terpampang di Mading. Aku sangat senang dan tidak lupa pula bersyukur kepada yang Maha Kuasa. Kabar ini juga aku sampaikan kepada kedua orang tuaku, dan Alhamdulillah mereka juga senang mendengar kabar ini.
Kemudian tibalah waktunya untuk daftar ulang, awalnya aku canggung untuk menyampaikan kepada orang tuaku, tapi mau bagaimana lagi akhirnya aku sampaikan kepada Bapak dengan raut wajah iba dan kasian ke Bapak. Tapi setelah semuanya aku sampaikan spontan Bapak tersenyum.
“Tenang Nak.. Bapak udah siapkan uang untuk daftar ulangmu” setelah mendengar semua itu spontan juga aku senyum dan sujud syukur atas kebahagiaan ini.
Hari demi hari sudah kulalui di kampus, Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Namun ketika tiba waktu libur semester ganjil, aku banyak merenung yang aku pikirkan tak lain adalah dapat dari mana biaya daftar ulang semester dua nanti. Dan, akhirnya aku memutuskan untuk kerja tanpa sepengatahuan orang tuaku. Dari kerja kerasku ini Alhamdulillah aku bisa mnengumpulkan uang satu juta rupiah. Ketika waktu daftar ulang tiba, bapak menanyakan kepadaku.
Bapak: “Nak.. Daftar ulangnya kapan?”
Aku: “Sekarang Pak”, Jawabku
Bapak: “Insya Allah besok uangnya baru ada yah Nak..”
Aku: “Alhamdulillah Pak, Saya udah ada untuk biaya daftar ulang kok”
Bapak: “Loh dapat dari mana nak?”
Aku: “Kemaren sempat kerja pak” sambil senyum aku.
Mendengar semua itu spontan Bapakku langsung masuk ke kamarnya sambil menangis.
Semester demi semester pun aku lalui. Seperti biasanya disetiap liburan semester aku berusaha cari kerja guna untuk bayar uang UKT-ku. Sampai akhirnya aku mendapatkan beasiswa BAZNAS di semester IV. Alhamdulillah dengan dapatnya besiswa ini aku sangat terbantu untuk melanjutkan studiku.
Aku sangat bersyukur bisa mendapatkan beasiswa BAZNAS ini, karena dengan beasiswa ini aku bisa tenang dan fokus untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi. Rasa syukur pun tidak luput kupanjatkan kepada sang Ilahi Rabbi dan sangat berterimakasih kepada pihak BAZNAS yang telah memberikan amanah kepadaku melalui beasiswa ini. Aku berharap semuga lembaga BAZNAS selalu diberikan kelancaran oleh Allah sehingga bisa membantu anak-anak lain untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi lainnya.(*Penerima Beasiswa BAZNAS)