Penulis: Eka Kurniawan
Tebal halaman: 191
Tahun: 2004
Sore pukul enam belas lewat sepuluh dengan setengah mabuk Margio meninggalkan warung Agus Sofyan. Dua puluh menit kemudian ia kembali dengan mulut dan badan berlumuran darah. Warga kota percaya bahwa Margio menggigit putus urat leher Anwar Sadat tepat pukul enam belas lewat dua puluh. “kawin lah dengan ibuku ia akan bahagia” “tidak mungkin, kau lihat aku ada istri dan anak” “lagipula aku tidak mencintai ibumu”
Tak ada konsep waktu linear dalam setiap novel Eka Kurniawan yang aku baca. Meski selalu ada pengalaman kebatinan yang aneh setiap aku selesai membaca tulisannya tapi patut kuakui bahwa dari sana Eka berhasil memberi nyawa pada setiap visual kata.
Lelaki Harimau menggambarkan keadaan psikologis yang natural. Memberi kita nol peser ruang untuk menjustifikasi.