Oleh: Nur Iskandar
Selentingan saya dengar dari mulut ke mulut, bahwa setiap tamu yang datang ke Nurul Jaddid disambut dengan makan nasi dan “potong kambing”. Santri yang potong, yang kuliti, dan masak. Masak iya sih pikir saya dalam hati. Dan hari ini, Jumat, minggu pertama awal tahun 2021 saya pun menjadi saksi.
Keberangkatan saya ditemani Pak Long. Nama lengkapnya Zulkarnain Aweng anak Sambas. Kami naik motor kendaraan roda dua. Bergerak dari Munzalan Tower, Mesjid Kapal Serdam mitra pembangunan umat bersama Nurul Jaddid. Ikut di belakang saya satu kendaraan. Direktur Kampoeng English Poernama Agro, Huntung Dwiyani. Ia berboncengan dengan Pemuda Remaja Mesjid Sirajul Islam, Teguh. Kedua kendaraan merayapi Serdam, masuk Ayani II, dan Wonodadi serta Adisucipto. Di Arang Limbung, Gg Mekar kami menyeberangi Kapuas. Pas Kampung Kapur belok kanan hingga Nurul Jaddid. Sebetulnya dari Pontianak Timur Yarsi bisa roda empat sampai Ponpes hebat dan rrrruar biasa hebatnya ini. Punya 300 santri dan fully beasiswa. Makan minum gratis tanpa biaya sekolah! Dari mana uangnya? Dari bisnis kambing. Bahkan dari bisnis kambing pula KH Mu’idz membangun gedung dan mesjid dengan nilai miliaran rupiah. Tak urung UAS pun jatuh hati. Sejurus waktu berselang kyai sejuta umat asal Kepri itu pun datang bertandang.
Saya? Pun disambut nasi dan kari kambing. Enak? Wow. Wowww. Lezzzattos. Ini kali pertama saya makan kambing paling enak sedunia! Suwer…
Kyai Mu’idz membina Nurul Jaddid sejak 10 tahun silam. Kisahnya panjang kali lebar. Alhasil ribuan kambing dia distribusikan dalam setiap tahun. Omzetnya miliaran.
Badan Wakaf Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat datang survey untuk memperkuat Nurul Jaddid dengan skema wakaf ternak. Insya Allah nyawa boleh putus tetapi pahala mengalir terus. Semoga. Mohon doa restunya. *