Oleh: Juharis *
Hari Jumat pagi dengan suasana cerah mengiringi langkah, aku mencoba mengheningkan pikiran sejenak menikmati segarnya udara di halaman asrama. Kulihat burung bernyanyi berkicau ria. Juga embun-embun yang melekat di dedaunan hijau. Kupandangi langit di ufuk timur sedikit hitam dan menggumpal. Aku menduga nanti siang hujan akan turun. Kemudian, badan yang kaku dari bangun tidur perlahan kugerakkan untuk menghilangkan kepenatan itu, mengayun tangan dan menggelengkan kepala lantas berlari kecil. Sedikit lelah memang, tapi itulah cara agar badan kita tetap sehat dengan berolahraga disamping menambah “mood” dalam beraktivitas, sebagaimana di dalam beberapa literatur yang kubaca bahwa beberapa pakar kesehatan telah meriset hal tersebut.
Teringat olehku siang ini akan ada ujian tengah semester (UTS) Akuntansi, tepatnya jam 13.30. Lalu aku mencoba membuka lembaran kertas yang berisi jawaban atas soal-soal UTS itu, karena sebelumnya dosen sudah memberikan soal dan mahasiswa mengerjakannya di rumah. Tapi ketika sudah UTS nanti, jawaban yang sudah tercatat itu tidak boleh dilihat, artinya semua jawaban yang telah dijawab di rumah tadi dihafal. Pada saat ujian berlangsung mahasiswa tinggal mengingat kembali.
Beberapa menit kemudian, teman sekelasku menghubungiku lewat WA (japri), katanya ia akan datang ke asrama untuk belajar bersama. Aku mempersilahkannya datang, kembali kulanjuti belajar dan memahami soal Akuntansi tadi. Singkat cerita ia pun datang. Kami belajar memahami setiap angka-angka yang tertulis di lembaran kertas, dengan berjuta-juta uang yang berupa tulisan. Sayang sekali, punya banyak uang hanya sebuah khayalan di mata kuliah akuntansi. Andai itu benar terjadi, sungguh nikmat kehidupan ini, pikir kami.
Dibuai oleh asyiknya bercanda, suasana pecah ketika turun hujan lebat. Kami pikir UTS kali ini tidak jadi. Kebetulan kawan saya itu adalah ketua kelas, jadi ia sibuk melayani kawan-kawan lainnya di salah satu group media sosial. Mereka mencoba menyangkal bahwa karena hujan maka UTS dijeda. Seperti yang telah diketahui, Akuntansi merupakan mata kuliah yang ditakuti karena materinya rumit dan sukar dipahami, otomatis dengan turunnya hujan memberikan kesan bahagia kepada mereka.
Setelah itu, di jam 11.30 hujan mulai gerimis dan perlahan mereda. Kami berangkat dari asrama ke mesjid kampus, shalat Jumat berjamaah. Selesainya shalat berjamaah, kami datangi kelas dan menyusun rapi bangku-bangku yang berantakan. Dengan sedikit kekecewaan semua kawan-kawan datang ke kelas dan menduduki bangku masing-masing. Kecewa karena UTS tetap dilaksanakan hari ini. Mirisnya, dengan perasaan cemas karena harus menghadapi ulangan yang materinya sulit ditambah pikiran kacau, setengah jam berlangsung dosen tidak ada kabar dan kepastian. Beru ada jawaban ketika 40 menit berselang, itupun di jawab oleh asisten dosen lewat sms, jawabannya adalah “dosennya tidak ada, ia sedang keluar.” Di satu sisi kami bahagia dengan sorak-sorai kawan-kawan semua, dilain sisi kami juga kecewa karena sudah dua kali dosen memberikan jadwal ujian tapi tidak dilaksanakan. Pertama alasannya adalah berkabung melayat keluarga yang meninggal. Kedua, ya seperti yang di jelaskan tadi. Padahal rata-rata mahasiswa semua sudah belajar dan menghafal setiap jawaban soal ulangan yang diberikan, khawatirnya ketika di undur lagi semua yang telah dihafal lupa karena belum lagi UTS-UTS lainnya yang belum rampung. Akhirnya, keputusannya adalah pulang.
Kemungkinan tidak masuknya dosen tersebut karena ada beberapa hal yang menjadi penghalangnya, sehingga lupa konfirmasi kepada mahasiswa. Patut kita ambil hikmah adalah segala sesuatunya pasti ada konsekuensi dengan alasan-alasan tertentu. Berpikir positif dari setiap kejadian adalah langkah utama dalam menghadapi persoalan. Kita ketahui sebelumnya, disamping kekecewaan mahasiswa ada sisi dimana mahasiswa juga bahagia karena UTS yang tertunda, inilah yang seharusnya kita soroti, dalam setiap kekecewaan akan ada terselip kebahagiaan. (Penulis adalah Mahasiswa Ekonomi Islam IAIN Pontianak)