in

Baca Doa Keliling Kampung

IMG 20180222 050826 592

Oleh: Tuti Alawiyah

Berawal dari masa muda Bapak Abdul Muin yang biasa disapa Pak Muin ditunjuk menjadi imam masjid Istiqamah Desa Wajok Hilir, Parit Langgar. Saat itu, sekitar 1968 beliau juga mengajar di Madrasah Darul Dakwah wal-Irsyah (DDI) Desa Wajok Hilir, Parit Wa’dongkak. Di usia 30-an itulah Pak Muin menjadi pembaca doa.

Pada masa itu memimpin doa dimulai hanya di rumah keluarga dan rumah tetangga saja. Lambat laun beliau semakin terkenal, para orang tua sudah banyak yang meninggal sehingga peran pembaca doa tergantikan olehnya.
Lebih dari setengah abad profesi tersebut beliau geluti. Hingga saat ini pun pemanggilan untuk membaca doa setiap bulannya pasti beliau dapatkan. Apalagi di bulan-bulan tertentu seperti bulan Maulid, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, awal Ramadan dan ketika akan lebaran Idul Fitri dan Adha.

Saat bulan tertentu itulah hampir 20 rumah beliau datangi. Terlebih bulan Idul Fitri dan Adha lebih dari 20 rumah memanggilnya. Dan biasanya di malam hari lebaran hampir 10 rumah beliau bacakan doa.

Adapun bacaan doa yang dipanjatkan yaitu doa rasul, doa selamat, doa arwah, khatamul quran, dan doa tolak bala. Selain dipanggil di bulan tersebut sebagai kiriman doa yang dilakukan masyarakat kepada orang tua, nenek, atau nenek moyang yang telah meninggal. Beliau juga pembaca doa saat ada khatamul quran, sunatan dan pernikahan.

“Pak Muin, kalau pagi bace doa dibayar atau tidak?” Tanya Mak Nyah pemilik toko.

“Dikasih. Kadang-kadang dijemput pula, sampai di rumah setelah baca doa diberi makan dan pulangnya diberi duet.” Jawab Pak Muin.

“Kalau Pak Muin tak diberi duet, memang orang itu kurang paham. Udah tinggalkan kerje, tinggalkan anak,” cetus Mak Nyah sembari mengatur barang jualannya.

Menurut Pak Muin, pekerjaan yang ia geluti sebagai petani, sudah bisa mencukupi kebutuhannya dan pembacaan doa hanya sekedar tolong menolong.

“Dikasih syukur, tak dikasih tak apa-apa,” tegasnya.

Namun di saat ini kesadaran masyarakat masih ada dan tidak terdapat satu pun warga yang tidak memberi sebagai imbalan terima kasih. Tentu jika tidak uang bisa makanan. Atau semacamnya.

Pada tahun 2013, beliau menerima pemberian tiket umrah pemberian dari H. Husein, Kakanwil di Kalbar dan saat ini pula beliau dibayar oleh penyuluhan dari kantor agama Kabupaten Mempawah setiap 6 bulan sekali sebagai guru mengaji di kampungnya. (*)

Written by teraju

WhatsApp Image 2018 02 21 at 13.13.37

Desa Limbung

images 7

Yuk! Mulai Belajar Memahami Bahasa Ibu