in

Buah Kebaikan

leo

Oleh: Leo Sutrisno

Hari ini, Minggu, 16 Februari 2020, Minggu Pekan Biasa VI dengan warna hijau sebagai warna liturgi. Warna harapan akan masa depan karena hari ini tumbuh tunas baru. Seluruh bacaan hari ini, berbicara agar kita menjadi orang baik.

Bacaan I, Sir 15:15-20, menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan tidak menyuruh orang menjadi fasik dan tidak mengijinkan siapa pun berbuat dosa. Asal sungguh mau, kita semua dapat menepati hukum serta berlaku setia.

Dalam Mazmur Tanggapan, Mzm 119:1-2.4-5.17-18.33-34; R:1b, didaraskan permohonan agar Tuhan menyingkap mata kita. Dengan harapan, kemudian, kita dapat memandang keajaiban-keajaiban hukum-Nya.

Dalam Bacaan II, 1Kor 2:6-10, Rasul Paulus mengingatkan umat di Korintus bahwa, sebelum dunia dijadikan, Tuhan Allah telah menyediakan hikmat bagi kemuliaan kita.

Dalam Bacaan Injil, Mat 5:17-37, disebutkan bahwa dalam khotbah-Nya di bukit, Yesus menyatakan bahwa kedatangan-Nya di Bumi bukan untuk meniadakan hukum (Taurat) yang telah ada. Tetapi, sebaliknya, Ia datang untuk menggenapinya.

Intinya, hari ini kita mengetahui bahwa Yesus datang ke Bumi untuk menyempurnakan aturan yang telah ada. Dengan mengetahui aturan dan mentaatinya, kita menjadi orang baik.

Pernyataan ‘kita menjadi orang baik’ mengingatkan pada sebuah kisah bijak tentang seorang siswa yang amat nakal tetapi justru, di kemudian hari, menjadi seorang guru.

Diceritakan, pada suatu sore, seorang pensiunan guru secara tidak sengaja berjumpa dengan mantan murid puluhan tahun lalu. Si mantan murid dengan rangkulan hangat, mengingatkan bahwa ia pernah menjadi diajarnya.

“Bapak tidak ingat saya?. Sungguh bapak tidak ingat?!” ucapnya beberapa kali.

“Bapak ingat kejadian ketika Bapak sedang mengajar di kelas kami, kelas IB, ada kawan saya yang menangis karena uang hadiah ulang tahunnya hilang?” lanjutnya.

“O, ya. Saya ingat!” Jawab si pensiunan.

“Nah, apa yang Bapak lakukan? Bapak menyuruh semua siswa ke luar kelas kecuali yang kehilangan uang. Setelah pintu kelas ditutup, Bapak menyuruh kami berdiri berbaris di samping kelas dengan mata tertutup. Kemudian, Bapak menggeledah saku kami satu per satu. Uang itu Bapak temukan di saku saya”. Katanya sambil menghirup napas lagi.

“Tetapi!”. Lanjutnya, “Bapak tidak berhenti di situ. Bapak terus menggeledah saku semua siswa. Saya kagum dengan tindakan Bapak saat itu. Bapak tidak mempermalukan saya di depan siapapun. Bapak sungguh baik”. Katanya, sambil menghembuskan napas tipis.

“Kejadian itu yang endorong saya berubah. Dan, akhirnya saya memutuskan untuk menjadi guru. Begitu lulus SMA, walau dengan nilai tertinggi, saya memilih masuk ke fakultas pendidikan. Jadilah, saya sekarang ini, juga seorang guru”

“Sungguhkah, Bapak tidak mengingat nama saya?” Tanyanya mendesak. “Padahal, Bapak telah melindungi nama saya!”

“Benar!. Saya tidak mengingat namamu karena saya tidak tahu uang tersebut saya temukan di saku siapa. Karena, aku pun menutup mata sampai seluruh siswa aku geledah sakunya”

Kebaikan memang akan menyebarkan kebaikan dengan sendirinya. Bagaimana dengan perbuatan dan ucapan kita?

Pakem, Yogya
15-2-2020

Written by teraju.id

WhatsApp Image 2020 02 15 at 12.47.32

Ikapi Berperan Hadirkan Buku Agama yang Moderat dan Berkualitas

IMG 20200217 211522 496

Pengurus FKPT Kalbar Dilantik