Oleh: Leo sutrisno
Hari ini, 26 Jan 2020, dalam Kalender Liturgi, bacaan-bacaan yang kita renungkan berbicara tentang ‘terang. Bacaan I (Yes 8:23b-9:3) menyajikan nubuat Nabi Yesaya bahwa di wilayah bangsa-bangsa lain, daerah seberang sungai Yordan, orang akan melihat terang yang besar. Karena, Tuhan telah menyelamatkan daerah itu.
Dengan Mazmur, Mzm 27:1.4.13-14, kita mendaraskan pengakuan kita. *Tuhan adalah terang dan keselamatanku”,
Melalui Bacaan II, 1Kor 1:10-13.17, Rasul Paulus menasehati kita semua. “Demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata, dan jangan ada perpecahan di antara kamu”.
Bacaan Injil Mat 4:12-23, mengisahkan Yesus ketika tinggal di Kapernaum. Yesus berkeliling di seluruh Galilea mengajar dan memberitakan Injil, serta menyelamatkan orang yang sakit dan orang yang lemah. Nabi Yesaya menyebut-Nya sebagai ‘Terang besar”
Di bagian lain, Injil Yohanes, Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia datang ke dunia sebagai cahaya supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak tinggal dalam kegelapan (Yoh 12:46). Yesus sendiri adalah ‘Terang”.
Kenyataan ini, bagi saya melengkapi perjalanan iman yang diawali dengan mendengar ‘suara’, dari para katekis dan kotbah-kotbah pastor. Dan, dilanjutkan dengan membaca sendiri dari berbagai sumber tentang kehidupan Yesus dan ajaran-ajaran-Nya. Serta, dipuncaki dengan melakukan refleksi kontemplatif. Muncullah deskripsi Yesus, Tuhan yang hidup nyata sebagai manusia yang melakukan penyelamatan dunia seperti yang telah difirmankan sebelumnya.
Itu berarti, perkembangan iman saya dibangun dari mendengarkan (Firman Tuhan) yang dilengkapi dengan melihat (Tuhan Yesus). Iman yang merupakan gabungan dari suara (yang didengarkan) dan terang cahaya (yang dilihat).
Perjalanan iman seperti ini, dari suara ke terang cahaya, dari didengarkan ke dilihat, mirip dengan perkembangan teknologi informasi. Pada tiga dasa warsa yang lalu, dengan perangkat telpon ‘jadul’, kita mendengar berita. Kini, berkat perkembangan teknologi telekomunikasi, dengan gawai kita mendengar dan melihat kejadian yang diberitakan. Hasilnya, peristiwanya terasa semakin nyata. Dengan seperti itu, informasi sungguh fakta nyata. Maka, tidak ada perdebatan lagi.
Kisah penyelamatan dunia dalam keutuhannya juga mirip seperti itu. Sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, Tuhan telah berusaha menyelamatkan melalui Firman-Firman-Nya. Sayang, hanya satu anak manusia, bapa Abraham yang mendengarkan Firman itu dan melaksanakannya.
Dan, karenanya, Tuhan berjanji akan datang sendiri menyelamtakan anak keturunan bapa Abraham. Janji itu ditepati dalam bentuk kehidupan Yesus sejak lahir, hidup, mati di salib dan bangkit. Keselamatan berwujud dari didengar hingan dilihat, dari Sabda (Firman) hingga Terang Cahaya (Yesus). Sebuah fakta bahwa Tuhan sendiri yang menyelamatkan dunia.
Kedatangan Tuhan Yesus yang menyelamatkan dunia merupakan fakta sejarah. Karena itu, mestinya, menyatukan kita semua. Semoga!
Salam hormat
dari Pakem Tegal, Yogya.
.