Oleh: Wajidi Sayadi
Pada Jumat malam 13 Desember 2019 saya menyampaikan ceramah Malam Tasyakkuran Hari Ulang Tahun Bank Kalbar Syariah ke 14 (12 Desember 2005-12 Desember 2019).
Besoknya hari Sabtu pagi 14 Desember 2019 menyampaikan lagi ceramah Peringatan Ulang Tahun Lembaga Kantor Berita Negara (LKBN) Antara Biro Kalimantan Barat yang ke 82 (13 Desember 1937-13 Desember 2019). Berita dan isi ceramah dimuat dalam insidepontianak.com oleh pihak LKBN Antara.
Kedua acara ulang tahun di Lembaga Keuangan Syariah dan Lembaga Media ini sama-sama mempersembahkan prosesi pemotongan kue ulang tahun dengan berbagai variasi oleh sahibul bait, pihak tuan rumah penyelenggara.
Apa makna dan maksud dari simbol-simbol yang terdapat pada kue ulang tahun itu?
Saya memahami di antara makna dan maksud prosesi pemotongan kue ulang tahun itu adalah Doa secara simbolik, mempersembahkan kebaikan dan berbagi kebaikan kepada sesama dan orang lain, sebagai ungkapan refleksi kegembiraan rasa syukur atas segala nikmat dan capaian yang diperoleh hingga sukses dan eksis berusia sampai saat ini, sebagai ajakan dan seruan untuk saling mendoakan, saling men-support antara satu dengan lainnya menuju tangga dan jenjang keberhasilan.
Memperhatikan prosesi pemotongan kue ulang tahun itu, saya teringat pada peristiwa Nabi SAW. dengan Abu Hurairah dan Umar bin Khattab.
Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari bersumber dari Abu Hurairah diceritakan (dalam terjemahan tafsiriyah) suatu saat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menghadap kepada Rasulullah SAW. semacam mengeluhkan selama ini banyak ceramah, Nasehat, dan ungkapan yang didengar dari Rasulullah SAW., tapi banyak dan cepat juga lupa atau hilang dari ingatan dan hapalan, mohon didoakan agar ingatan dan hapalannya kuat.
Mendengar keluhan dan permohonan Abu Hurairah ini, maka Rasulullah SAW minta ke Abu Hurairah agar segera membuka dan menghamparkan sal-nya (dalam bahasa Pontianak semacam selendang yang biasa dipakai ustadz, Kyai atau ulama yang dipasang di bahunya, atau semacam sorban, hanya saja kalau sorban biasanya dililitkan di kepala.
Akhirnya Abu Hurairah membuka dan menghamparkan sal-nya dengan lebar seperti menghamparkan taplak meja.
Lalu Rasulullah SAW meletakkan tangannya yang tergenggam di atas hamparan sal itu. Lalu Beliau minta kepada Abu Hurairah agar memegang setiap empat ujung kain itu sambil menarik dan mengangkatnya menjadi satu ikatan. Abu Hurairah memegang empat ujung kain itu, menarik dan mengangkatnya mempertemukan dalam satu pegangan, seperti membungkus sesuatu barang menggunakan kain, dan Rasulullah SAW menarik tangannya keluar dari kain itu secara pelan-pelan.
Kata Abu Hurairah, sejak peristiwa itu aku banyak menghapal dengan kuat apa yang kudengar dari Rasulullah SAW. Sahabat lainnya yang kebetulan juga berada di samping Rasulullah SAW mengatakan, saya juga mau wahai Rasulullah. Beliau menjawab, Anda sudah didahului Abu Hurairah.
Dalan hadis ini, Rasulullah SAW meletakkan tangannya dalam bungkusan kain seolah-olah meletakkan dan menyerahkan sesuatu. Ini Doa Rasulullah SAW secara Simbolik untuk Abu Hurairah.
Doa inilah sebagai Rekomendasi yang kemudian mengantarkan Abu Hurairah menjadi Sahabat yang paling banyak menghapal dan meriwayatkan Hadis-Hadis Rasulullah SAW.
Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah minur air mineral. Beliau tidak menghabiskannya, sisanya diberikan kepada Umar bin Khattab yang ada di samping Beliau. Umar bin Khattab meminum dan menghabiskan sisa air minum Rasulullah SAW. Lalu ada sahabat bertanya, apa makna dan maksudnya itu wahai Rasulullah?
Beliau menjawab, itu adalah Ilmu.
Rasulullah SAW memberikan sisa air minumnya kepada Umar bin Khattab dipahami sebagai ungkapan Doa Simbolik untuk Umar bin Khattab sehingga ia mempunyai kelebihan dan keistimewaan dibandingkan dengan sahabat lainnya.
Doa yang dipersembahkan selama ini umumnya adalah secara verbal, ungkapan bahasa lisan, Allaahumma ya Allah! Rabbana, wahai Tuhan kami!
Selain itu, ada juga Doa secara Simbolik sebagaimana dalam kasus Abu Hurairah yang didoakan Rasulullah SAW secara Simbolik menggunakan media kain Sal atau Sorban, dan Doa secara Simbolik untuk Umar bin Khattab menggunakan media air minum mineral.
Dalam beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia ketika menjelang pernikahan, khitanan, atau acara lainnya biasa diawali dengan upacara tradisi budaya lokal. Misalnya pada suku Mandar di Sulawesi Barat ada upacara adat prosesi Mallatigi, di Campalagian biasa disebut Mappaccudede, pada Masyarakat Bugis khususnya di Sulawesi Selatan dan Bugis di mana pun termasuk di Pontianak ada upacara adat Prosesi Mappacci.
Prosesi dengan segala rangkaiannya padat dan penuh makna simbolik dan filosofis yang intinya sebagai ungkapan Doa secara Simbolik menggunakan media budaya masyarakat lokal. Prosesi adat seperti ini dalam kajian budaya disebut sebagai kearifan lokal (local wisdom). Dalam kajian akademik disebut sebagai Living Sunnah.
Pemahaman-pemahaman seperti inilah yang diajarkan para Ulama terdahulu, Ulama yang sangat bijak dan arif sehingga mereka tidak terlalu cepat dan terburu-buru memvonis bahwa praktek dan prosesi adat ulang tahun, adat menjelang pernikahan, khitanan, dan lainnya seperti itu adalah Bid’ah, bertentangan dengan Syariat Islam.
Pada akhirnya, kami ucapkan Selamat Ulang Tahun Bank Kalbar Syariah yang ke 14. Semoga semakin sukses dalam meningkatkan perekonomian masyarakat secara prinsip syariah.
Selamat Hari Ulang Tahun LKBN Antara yang ke 82. Semoga semakin sukses dalam mencerahkan bangsa melalui pemberitaan yang berkualitas mewujudkan masyarakat harmonis dan sejahtera.
Pontianak, 14 Desember 2019