in

KAUM Muda Aceh Menafsir Sejarah

IMG 20191205 102852 592

Oleh: Heyder Affan

Di Aceh, sejarah mengalir deras ke masa kini dan masa kini tak henti menggapai sejarah yang terkubur sekian generasi.

Sepekan berada di Kota Banda Aceh, di sela-sela perhelatan politik memilih gubernur dan wali kota yang penuh harapan sekaligus kecemasan, saya seperti menyaksikan waktu dan ruang begitu cair ketika bertemu dan mewawancarai anak-anak muda yang mendalami sejarah Aceh demi memahami keacehannya.

Dihadapkan janji dan harapan yang lahir di masa lalu, dan dihadapkan masa depan yang tidak selalu terang-benderang, sebagian anak-anak muda Aceh – terutama yang terdidik – mencoba melihat kembali gagasan, kisah, angan-angan, atau barangkali legenda, dan mungkin juga nestapa masa lalu Aceh, dengan caranya masing-masing.

Anak-anak muda Aceh itu, yang lahir pada dekade 1980-an dan awal 1990-an, tumbuh sebagai anak-anak dan remaja ketika konflik bersenjata bertahun-tahun diakhiri pada 2005 lalu.

Mereka kemudian terus tumbuh dalam kecamuk antara harapan dan putus asa ketika perubahan politik luar biasa mengubah lanskap Aceh untuk selama-lamanya.

Nyaris tidak terbayangkan sebelumnya, eks pimpinan Gerakan Aceh Merdeka, GAM, tampil berkuasa dengan segala konsekuensi dan paradoksnya, serta disusul kemudian penerapan apa yang disebut Syariat Islam di wilayah Aceh dalam perdebatan yang dianggap belum tuntas.

Di sisi lain, dalam atmosfir yang tidak bisa dihindari itu, tumbuh kesadaran atau semacam panggilan di kalangan generasi mudanya untuk mempertanyakan narasi sejarah Aceh yang selama ini dianggap dihilangkan, dikesampingkan atau ditutupi.

Dengan cara pandang yang tidak tunggal, generasi muda yang kaya bacaan dan lahir dalam tradisi keislaman dan sebagian terlatih dengan nilai-nilai Barat ini, serta terhubung otomatis dengan dunia luar, juga sejarah keluarga masing-masing, terus mencoba mengembalikan harga diri keacehan dan di sisi lain mencoba mendamaikannya dengan nilai-nilai inti keindonesian.

(Foto: Di depan pintu masuk museum perdamaian di Banda Aceh, Agustus 2015, sejumlah murid SMA mengamati benda-benda seperti senjata api dan granat milik eks tentara GAM yang dipamerkan. Ribuan senjata ini diserahkan oleh GAM kepada tim pemantau internasional sebagai bagian dari proses perdamaian pada 2005).

Selengkapnya ikuti liputannya: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39442220

Written by teraju.id

img 0183

Museum (Pers) Kota dalam Pemikiran

IMG 20191205 144323 551

Sejarah Berdirinya Istana Glumpang Dua di Geurugok Kab Bireuen