in

Kegigihan dan Panggilan Hati

images 2

Oleh: Yusriadi

Panitia Pembekalan Survei Kinerja Akuntabilitas Publik (SKAP) 2018 mengumumkan telah memilih seorang supervisor terbaik dalam Survei RPJMN 2017 lalu. Katanya, penghargaan itu diberikan BKKBN Pusat terhadap supervisor tersebut karena memperlihatkan dedikasi yang luar biasa dalam kegiatan survei.

Tepuk tangan membahana memenuhi ruang pertemuan ketika nama supervisor itu diumumkan. Aloysius, dari Papua.

340 lebih supervisor, fasilitator dan prakom yang hadir dalam ruangan pertemuan itu memperlihatkan kekaguman atas cerita seru Aloysius saat kegiatan survei bulan Mei – Juni 2017.

Untuk melaksanakan tugas survei bersama enumerator (pengumpul data), Aloysius menempuh perjalanan panjang dengan tantangan medan berat.

Beberapa medan hanya bisa ditempuh dengan menumpang pesawat kecil untuk 4-5 orang saja. Di lain waktu dia harus berjalan kaki, turun lain gunung selama 3-4 jam.

“Medannya mungkin tidak dijumpai di wilayah Indonesia barat atau tengah,” tambahnya.

Pada suatu ketika, di sebuah kampung dia dan enumeratornya menerima sambutan yang tidak baik. Di satu kampung itu dia dikerjain oleh kepala kampung, dan setelah itu coba diusir oleh sekelompok orang. Tetapi Aloysius mencoba bertahan agar bisa wawancara dan datanya diperoleh.

“Saya diancam dengan pistol. Mereka itu suruh kami pulang saja. Tidak perlu kumpul-kumpul data di sini. Saya terus saja wawancara, saya tidak takut,” katanya.

Orang kampung sudah meminta dia dan enumerator pulang hari itu, setelah diancam.Tapi, Aloysius tetap ngotot bertahan. Di tengah situasi itu dia masih tetap melakukan wawancara dengan responden, dan berhasil mendapatkan tambahan data.

Prinsipnya, kata Aloysius, dia datang dengan baik, bermaksud baik, tentu tidak akan diapa-apakan oleh orang kampung. Karena prinsip itulah dia bertahan tanpa takut. Hingga kemudian ada warga yang mengingatkannya.

“Akhirnya, warga bilang, kalau bapak tidak pulang juga, salah satu nanti mungkin akan diculik. Akhirnya, kami pulang, diantar orang di kampung itu hingga ke kota,” ujarnya.

Peristiwa itu membekas juga dalam ingatannya. Ada trauma yang dialami. Sehingga sempat terpikir untuk tidak mau lagi terlibat dalam survei serupa.

Tetapi, nampaknya, panggilan jiwa untuk terus berpartisipasi dan mengabdi pada bangsa dan memberikan manfaat bagi masyarakat, membuatnya berpikiran lain. Dia pun ikut lagi dalam survei tahun 2018.

Saya kira penghargaan untuk Aloysius sewajarnya diberikan. Itulah bentuk apresiasi atas kegigihan, kesabaran, dan amanah. Bahkan, lebih dari sekadar didaulat dengan gelar terbaik, diberi kesempatan bicara, orang seperti Aloysius sepatutnya diberi sesuatu yang lebih. Orang seperti itulah yang dibutuhkan masyarakat dan negara untuk masa depan. Orang yang layak untuk menjadi bagian dalam era pemerintahan yang berslogan: kerja, kerja, kerja. (*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

IMG 20180417 063128 634

Perjalanan Tiga Dara Menuju Air Terjun Sambora

IMG 20180417 102254 545

Pelaku Ekonomi Kreatif Pontianak Ikuti Business Matching; Film Pengabdi Setan “Box Office” di Malaysia, Hongkong dan Mexico