in

Kelapa Muda Pak Mude

IMG 20180216 210923 980

Oleh: Yusriadi

Kamis (15/2/18) kemarin saya kebetulan singgah di lapak kelapa muda di pinggir jalan ujung Kota Baru. Kebetulan karena saya singgah tanpa rencana.

Lapak itu menjual kelapa muda. Satu di antara banyak lapak kelapa muda di ujung jalan ini.

Karena banyak pilihan untuk mendapatkan kelapa muda maka sampai kemarin barulah saya singgah di sini.
Sebenarnya lapak ini sudah saya ketahui sejak lama. Kehadirannya cukup mencolok. Saya ingat lapak ini satu-satunya penjual kelapa muda yang nyentrik.

Lapak ini ada merknya: Pak Mude. Ada semacam kain rentang yang dipajang di bagian depan, di pinggir jalan.

Selain tulisan Pak Mude, ada gambar orang sedang membelah kelapa.
Ketika saya singgah kemarin, saya yakin ini lapak keren. Penjualnya kategori orang hebat.

Selain rentang itu, penjualnya, seorang lelaki tangkas, juga membuat pantun. Ada dua pantun berbahasa Melayu dipasang di pagar samping kiri lapak.
Hebatnya lagi cara dia melayani.

Kelapa-kelapa itu ditempatkan di tempat khusus. “Kelapa saya terlindungi biar ndak kena panas. Kelapa itu mengandung gas, kalau kena panas jadi agak asam,” katanya.

Dia memjamin kelapa mudanya berkualitas –tidak asam, karena kelapa diturunkan dengan tali. Bukan dijatuhkan. Karena itu kelapanya tidak terbanting.
Selaim itu kelapa-kelapa itu diikat dengan pita warna warni. Biru, merah,… Saya sempat berpikir kelapa ini dijual untuk keperluan Imlek, seperti jeruk bali.

Tetapi, rupanya bukan. Setiap warna ini mencerminkan isi buah. Jenis yang banyak air, jenis yang isi dalam tebal, jenis yang isinya sedikit, dan lain sebagainya. Semuanya tergantung pembeli.

“Kalau saya tidak ada, saya pergi, istri tahu mana kelapa yang cocok untuk pembeli dengan melihat warna itu,” katanya.
Saya pilih dua kelapa. Saya memilih yang isinya sedikit, banyak airnya.

“Ini die,” Dia mengambil sebuah kelapa tanpa milih lagi.

Ketika dibelah, airnya dituang ke dalam teko plastik. Airnya lebih setengah teko. Isi kelapa, tipis, masih muda sekali. Hebat! Pilihan penjual itu tepat.
Satu lagi, dia mengambil buah kelapa berikutnya.

“Ini … di atas yang tadi,” tambahnya. Maksudnya, lebih tua dibandingkan buah yang pertama.

Ketika kelapa itu dibelah, tebakannya lagi-lagi tepat. Luar biasa.

Setelah dibungkus, saya pulang. Saya membawa kelapa muda dari tempat Pak Mude dengan puas dan takjub. Takjub mendapati satu perkembangan baru dalam bisnis kecil. (*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

IMG 20180216 205713 410

Kades Minta Kenaikan Gaji Perangkat Desa

9

Angker