in

Keselamatan Telah Datang

leo

Oleh: Leo Sutrisno

Hari ini, 15 Des 2019, Minggu Masa Adven III, Warna Liturgi: Ungu.

Bacaan I: Yes 35:1-6a.10, memberitahukan bahwa Tuhan sendiri datang menyelamatkan kita. Nabi Yesaya bernubuat, bahwa mata orang-orang buta akan dicelikkan, telinga orang-orang tuli akan dibuka; orang lumpuh akan melompat seperti rusa, serta mulut orang bisu akan bersorak-sorai. Mereka yang dibebaskan Tuhan ini akan pulang dengan bersorak-sorai. Sukacita abadi meliputi mereka. Kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.

Dalam Mazmur (Mzm 146:7.8-9a.9bc-10) diserukan, *Tuhanlah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas, dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar. Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung”. Dan, kita berseru memohon, “Datanglah, ya Tuhan, dan selamatkanlah kami”. (R:Yes 35:4).

Rasul Yakobus, (Bacaan II, Yak 5:7-10), eyakinkan kita dengan seruan, “Teguhkanlah hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat”. Ia meminta kita bersabar menantikan kedatangan Tuhan yang sudah dekat, seperti kesabaran para petani menantikan hasil panen. Tidak memaksa, tidak mensegarakan.Ditunggu sampai saat panen tiba.

Dalam Bacaan Injil (Mat 11:2-11), Yohanes Pembaptis, lewat utusannya, bertanya, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Dengan tegas Yesus menjawab, “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat!, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Berbahagialah orang yang tidak sangsi dan tidak menolak Aku.”

Jadi, Yesuslah, Tuhan yang datang menyelamatan kita itu.

Betulkah kita telah diselamatkan?
Berikut sepotong kisah seorang pensiunan guru.

Lelaki itu sering digelari oleh kawan-kawannya, sebagai Oemar Bakri. Ia srorang guru sekolah negeri. Tampilannya sangat sederhana. Kemeja putihnya selalu dimasukkan ke dalam celana warna gelap. Jarang ia bersepatu. Sehari-hari, ia menggunakan sepatu sandal. Pergi ke sekolah menggunakan sepeda onthel.

Walau tampil sederhana, semua anak muridnya segan dan hormat. Bukan karena ‘killer’!, Tetapi, karena penguasaan materi yang luar biasa. Di kelas hampir tidak pernah memegang buku teks. Isi buku teks wajib sudah diramu dengan sumber-sumber lain menjadi sajian yang mengasyikan. Walau, kadang-kadang harus lama dicerna.

Seluruh waktunya ia dedikasikan untuk mengajar. Karena itu, untuk hidup bersama anak istrinya hanya mengandalkan gaji itu ditambah gaji istri yang juga PNS. Ia tidak punya sumber-sumber penghasilan lain. Juga tidak dari mengajar bimbel.

Walau demikian, ia juga punya angan-angan, seperti kawan guru yang lain, memiliki rumah dan kendaraan yang pantas. Ia pun menabung secara rutin.

Ketika menjelang pensiun, tabungan dibuka. Setelah digabung dengan tabungan isstri ternyata hanya cukup untuk membeli sebuah rumah. Itu pun berada di pedesaan, jauh dari kota. Cita-cita memiliki kendaraan bermotor yang lumayan lenyap. Tetapi, ia bersyukur telah memiliki rumah sehingga tidak berpikir uang kontrakan lagi setelah memasuki masa pensiun.

Dua-tiga tahun kemudian, ada kebijakan pemerintah yang menetapkan jalan dekat kampungnya menjadi jalan alternatif bagi kendaraan umum antar provinsi dan antar kota.

Karena berupa perempatan, maka di dekat kampungnya dibuka terminal. Banyak kendaraan umum yang masuk ke terminal untuk beristrihat sejenak. Ia bersyukur, walau tidak punya kendaraan sendiri, jika akan pergi ke suatu tempat sewaktu-waktu dapat menghubungi kendaraan yang berada di terminal. Jadi, tidak punya kendaraan pun tidak menjadi masalah.

Ia juga bersyukur, karena pengelola terminal menawari istrinya membuka warung makan di pinggir komp leks terminal. Sehingga, keluarga mendapat sumber keuangan tambahan selain gaji pensiun.

Dalam hati ia berucap, Tuhan, pada waktu-Nya, selalu datang menyelamatkan dirinya dan keluarganya.

Bagaimana kita? Sudah pernahkah hidup kita diselamatkan-Nya?
Semoga!

Pakem Tegal, Yogya
14-Des-2019

Written by teraju.id

IMG 20191214 094426

Zakat Bukan Lambang Kemiskinan

WhatsApp Image 2019 12 15 at 07.18.49

Rumah Literasi FUAD: Kelas Rumi Belajar Layout Buku