in

Kita Butuh Keseimbangan

keseimbangan

Oleh: Nur Iskandar

NKRI sedang dilanda masalah masalah besar. Korupsi menjadi jadi. Pandemi belum bisa diatasi. Kini UU Cipta Kerja.

Solusi alamiahnya adalah keseimbangan. Seperti kita naik tangga. Melangkahlah satu persatu. Memang ada yang bisa dua anak tangga. Tiga. Empat. Bahkan mungkin lima. Gaya lompatan katak. Tapi manusia bukannya katak. Ketika jatuh, sakit. Apalagi membawa beban. Ibarat jatuh ketimpa tangga pula. Pepatah Jawa mengingatkan, “Alon alon waton kelakon.” Biar lambat asal selamat. Boleh cepat, asal juga selamat. Keselamatan adalah tujuan. Sebab apaguna posisi tinggi kalau tidak selamat.

Kasus korupsi merajalela, karena tidak seimbang antara keinginan dengan kebutuhan. Karena akal dikuasai nafsu, ada niat, peluang pun bisa diciptakan. Ketika ditangkap, hancur masa depan. Padahal nama baik jauh lebih mahal daripada angka rupiah berapapun tingginya.

Pandemi Covid-19 juga sebab ketidakseimbangan. Tidak adil pada lingkungan. Virus masuk dan menyebar karena egoisme nafsu kehidupan. Keadilan Tuhan dihancurkan. Halal haram hantam. Virus pun memamah biak jadi kutukan.

Kini UU Cipta Kerja atau Omnibus Law. Semua mau diangkut. Semua mau cepat. Semua dikebut. Hilang keseimbangan. Penumpang bus berteriak ketakutan. Sopir tancap gas gila-gilaan. Dalihnya kejar setoran. Tak ada lagi konsideran keselamatan. Lali karo alon alon waton kelakon.

Warga di jalan juga kerepotan. Kenapa bus umum tancap gas di luar batas? Suara meraum bikin pusing kuping. Debu bertempiasan bikin kotor napas. Polisi pun dibuat bingung. Apa apaan ini bus hilang keseimbangan. Ketika disemprit: gedubrak. Nabrak! Banyak yang jadi korban kena labrak. Ada yang patah. Ada yang pecah. Ada yang berdarah. Ada yang bilur dan bengkak bengkak. Jalan semestinya normal jadi merangkak.

Apa apaan ini bis? Kita. Sekali lagi kita, kudu keseimbangan. Untuk keseimbangan kudu ada persiapan. Kudu siapkan lapangan pacuan. Jalur khusus event kebut kebutan. Jadilah tontonan yang mengasikkan. Seperti grass track yang sportif atau Formula One. Menghasilkan. Produktif. Bukan sebaliknya kontra produktif.
Kita hanya perlu keseimbangan untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. *

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

mobi raisa

Ternyata….

KH Lukmanul Hakim

Curhat Seorang Paskas