Oleh : Qodja
Ciri kota yang sehat adalah kota yang menyajikan beragam ruang terbuka bagi masyarakat untuk bersemuka. Selanjutnya, ruang publik itu menjadi wilayah interaksi antar warga.
Di tangan Bapak Sutarmidji, wajah Pontianak berkembang pesat. Kaya dengan aneka pilihan ruang interaksi sosial. Inilah etalase untuk menampilkan keramahan warga. Panggung untuk merayakan kebersamaan.
Setiap tempat dikenang karena menjadi saksi bisu dari kejadian dramatis yang kekal dalam ingatan. Semakin dalam kenangannya, semakin dalam pula cintanya. Akan tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap kota. Pemimpinnya akan ikut dicintai.
219 penghargaan yang diraih Pak Midji selama 10 tahun mengemban tugas sebagai Walikota.
Pemerataan pembangunan, infrastruktur jalan, efektifitas pelayanan publik, perbaikan sistem pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat, ramah lingkungan, perdagangan dan jasa tumbuh pesat. Warganya kian bahagia, sejahtera dan rukun. Sebuah kerja dari seorang arsitek peradaban kota.
Berikut ruang-ruang terbuka publik dimana kita bisa merayakan Pontianak :
Pertama, Pasar. Tempat bertemunya permintaan dan penawaran. Orang-orang berisik saling bertransaksi. Komoditas diperdagangkan. Nyaris di tiap kacamatan ada pasar yang memantik kerumunan massa. Semakin bising pasarnya, semakin menggeliat ekonominya. Setidaknya ada lima pasar yang cukup terkenal di Pontianak. Di antaranya, Pasar Flamboyan yang terletak di persimpangan jalan Gajahmada, Pasar Dahlia di Sungai Jawi, Pasar Mawar di Jalan Cokroaminoto. Pasar Kemuning Kota Baru dan Pasar Parit Besar Jalan Tanjungpura.
Kedua, Warung Kopi. Orang-orang datang dari berbagai usia untuk sekedar menikmati suasana ngopi, memesan kopi pancong. Bahkan bagi warga yang berprofesi sebagai belukar segala barang, menjadikan warung kopi sebagai tempat berkantor dan bertransaksi. Warkop tradisional lalu menjadi mitos dan ikon destinasi kuliner Pontianak.
Pada saat yang sama menggeliat pula industri kopi premium yang digerakkan anak-anak muda kreatif. Memperkenalkan cara ngopi kekinian dengan mengedepankan rasa kopi. Kedai kopi premiun melengkapi ekosistem budaya ngopi yang telah dulu mapan.
Ketiga, Tepi Sungai dan Parit. Daratan Pontianak berdiri di atas ketinggian 1 meter dari Sungai Kapuas. Ada alun-alun Kapuas yang kian menawan dengan infrastruktur wisata yang saling dukung. Pontianak dikelilingi oleh parit. Maka sebagian menyebutnya kota peradaban parit. Bahkan penamaan parit di tiap wilayah merekam sejarah yang mewakili identitas warga yang bermukim. Di tepi sungai dan parit warga duduk dan bercengkrama. Ibu-ibu nyambi mencari kutu, percakapan menjadi cair.
Keempat, taman-taman kota. Tentu yang sedang “happening” adalah taman Abroretum Untan dengan beragam fasilitas hiburan dan olahraganya.
Kelima, silahkan tambahkan sendiri di kolom komentar. Sertakan pula kenangan yang mengikat kawan-kawan dengan tempat itu.
Mari merayakan Pontianak!