in

Sapi IDT di Ulu Sambas

WhatsApp Image 2020 08 11 at 19.03.20

Oleh: Yusriadi

Sore itu, kami berjalan ke kampung sebelah. Cuaca cukup cerah, lumayan mengeraskan tanah jalan yang basah tersiram air semalamansemalaman.
Di tengah jalan tiba-tiba kami berpapasan dengan dua orang lelaki paroh baya. Seperti biasa tegur sapa sebagai sebuah bentuk basa-basi dilakukan. Tapi, kali ini mereka mengatakan sesuatu dan Pae yang membawa motor, berhenti. Saya tidak mendengar dengan jelas karena suara mesin motor dan bahasa Jawa. Yang saya tangkap, ada kata, “sapi”.

Tak lama berselang sebuah pickup membawa tiga ekor anak sapi melintas perlahan, dan berhenti. Rupanya sopir pick up dan pengandara motor satu tujuan: ke kampung Pae.

“Itu sapi kelompok IDT,” Pae memberi penjelasan.

Karena sebelumnya saya pernah dengar tentang IDT, saya langsung nyambung. IDT adalah salah satu kebijakan Presiden Soeharto tahun 1990an..

Waktu itu presiden mengeluarkan instruksi bantuan kepada desa tertinggal dalam berbagai, bentuk. Ada sapi, kambing, babi, modal usaha kelapa, dll. Bantuan diberikan kepada kelompok masyarakat agar dijadikan usaha ekonomi produktif dan digulirkan.

Kami di Riam Panjang Kapuas Hulu juga menerima bantuan tersebut. Bahkan saya sempat menyeret sapi IDT memindahkan dari satu titik ke titik lain, memindahkan ke lahan-lahan berumput tinggi. Maklum waktu itu sapi dipelihara dengan cara diikat dan mencari sendiri rumput-rumput yang ada. Tidak ada istilah ngarit rumput seperti yang umum dilakukan peternak sapi.

Tapi, sekarang sapi IDT sudah lama tiada. Kelompok bergulir juga entah ke mana. Entah berapa putaran.

Di dusun di Ulu Sambas ini rupanya berbeda. Kelompok IDT masih ada. Sapi, juga masih ada.

Pae salah satu ketua kelompok –dari 15 kelompok yang ada. kelompok ini anggotanya ada 12.

Sapi yang datang kemarin itu adalah tukaran dari sapi kelompok. Sapi itu diserahkan pada salah satu anggota yang sedang dapat giliran. Ini, kata Pae, putaran yang kesekian sejak tahun 1990an itu.

Sapi bagi orang di sini adalah peliharaan utama. Hampir setiap rumah punya. Sapi menjadi tabungan keluarga. Pendapatan harian mereka peroleh dari karet dan sawit. Ada sahang. Lalu, sapi.

Tentu saya takjub pada cerita ini. Luar biasa orang di sini menjaga amanah pemerintah. Ini bisa jadi model bagi masyarakat lain. Ya, terpulanglah pada pemkab Sambas dan pemprov. Kalbar. (*).

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

tika widya

Mimpi untuk Desa

WhatsApp Image 2020 08 12 at 05.05.16

H-1 Hut ke-75 RI Yudie-Hendri Lamiri “Band Arwana” Jumpa Pers Peluncuran Lagu Sultan Hamid Elang Khatulistiwa