in

Satu Jam Bersama Arsiparis–Mantan Bupati Sintang–Bicara Majapahit hingga Sultan Hamid

Satu Jam Bersama Arsiparis--Mantan Bupati Sintang--Bicara Majapahit hingga Sultan Hamid

Oleh: Nur Iskandar

Orang Dayak terdidik ini kalau bertahan sebagai dosen ilmu pemerintahan di Cilandak tentu sekarang sudah guru besar. Namun Gubernur Soedjiman menariknya ke Kalbar. “Kamu putra daerah wilayah perbatasan. Ayo pulang kampung. Bangun tanah kelahiran.”

Nada bicara perwira angkatan darat penerus Gubernur didikan KNIL Kadarusno keras. “Atasan kamu di Institut Pemerintahan adik kelas saya!” Semua bisa diatur.
“Karena pulang kampung saya justru masuk bui,” kata pria bernama lengkap Drs Elyakim Simon Djalil, ahli arsip dan bersahabat dengan Kepala Tropen Museum Belanda.

Di masa jabatannya selaku orang nomor satu di Kabupaten Sintang, berdiri Museum Sintang. 2.5 Miliar dananya bantuan Belanda.

“Bapak pernah dipenjara?” Jawabnya, iya. 3 tahun.

“Saya kasih izin HPH 100 hektar. Payung hukumnya UU Otda. Setelah izin diteken, eh keluar peraturan menteri yang berlaku surut. Saya divonis masuk bui. Saya jalani. Tapi saya tidak bersalah,” katanya.

Saya berkomentar, “Bapak disultan-hamidkan.” Pak Simon bilang, iya.

Begitulah sejarah. Modus operandi sama. Waktu dan tempat bisa berbeda.

“Saya diminta 5 M agar bebas, saya tolak. Kawan saya dijerat dengan aturan yang sama bebas. Mereka dimintai 10 M.” Masya Allah. UU Otda lahir pasca reformasi. Tahunnya 2002.

Pak Simon mendukung rencana Pemkot membangun Museum Sultan Hamid II Alkadrie Pahlawan Bangsa Sang Perancang Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila. Sintang salah satu referensi. Dimulai dengan kisah Patih Lohgender petinggi Majapahit menikahi Dara Juanti. Lambang kerajaan Sintang adalah Garuda. Diambil dari seperangkat hantaran nikah Patih Lohgender kepada Dara Juanti. Lambang kerajaan ini oleh Sultan Hamid II Alkadrie menjelma sebagai Lambang Negara saat ini.

Patih Lohgender mempunyai anak bersama Dara Juanti, namun Dara Juanti yang mestinya naik tahta pilih bertapa di Bukit Kelam. Ketiga anaknya dibawa ikut serta. Di Bukit Kelam mereka menghilang hingga sekarang.

Patih Lohgender kisah dari Simon Djalil–hendak kembali ke Majapahit. Dalam perjalanan pulang mampir ke Sekadau. Di sana ia sempat menikah dan menitipkan warangka keris pusaka. Dalam perjalanan sungai, Patih Lohgender dihantam ombak. Mereka terdampar di pinggir pulau. Desa di kawasan Tayan yang jembatannya terpanjang se-Kalimantan diresmikan oleh Presiden RI Ir H Joko Widodo dan Gubernur Drs Cornelis, MH. Di kampung Teraju (sama dengan media online yang saya pimpin) Patih Lohgender wafat. Situs makamnya masih ada. “Kerisnya masih dimandikan setiap tahun dengan adat Dayak.” Setiap tamu ahli sejarah selalu dibawa Simon Djalil ke Teraju. Termasuk penelitian tentang Majapahit atau Belanda.
Satu jam yang asyik bersama Simon Djalil. *

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

WhatsApp Image 2020 10 11 at 14.24.17

Mengenang Papa Herry Hanwari

Biografi Tjhai Cui Mie TCM

Biografi Tjhai Cui Mie dalam Proses Pracetak…