Oleh: Yusriadi
Sudah lama saya tidak ke perbatasan Entikong-Tebedu. Sejak kegiatan di kampus UKM tahun 2000-an, saya belum pernah melintas daerah ini lagi. Paling, saya hanya sampai Kembayan.
Beberapa hari lalu saya diajak kawan ke sana. Teman yang menjadi salah satu tokoh masyarakat di sekitar tempat ini sekaligus yang membawa kami.
Ikhwal perkembangan kawasan ini sudah diceritakan. Teman memberitahukan bahwa pemerintah akan membangun jalan perbatasan ini menjadi dua jalur. Proses pembebasan itu sedang berlangsung. Ada yang sudah selesai prosesnya. Ada yang sedang berlangsung.
Maklum, proyek besar. Pembangunan jalur ini menyebabkan tanah, kebun dan rumah penduduk terdampak. Ada yang setengah kampung terkena. Sebagian adalah rumah-rumah bagus dan mewah.
Untungnya, sebagian warga sadar pentingnya pembangunan ini dalam konteks menjadikan perbatasan sebagai beranda depan bangsa. Sehingga mereka memberikan dukungan dan melepas haknya untuk pembangunan.
Hingga tiba di sekitar Entikong, saya takjub. Subhanallah.
Tiba di bangunan Imigrasi rasanya seperti tiba di wilayah lain. Plazanya luas. Tugu dengan lambang burung garuda terpajang kokoh. Banyak orang menjadikannya sebagai objek foto.
Kegiatan pembangunan sepang jalan ini sedang berlangsung. Di beberapa titik mesin berat sedang bekerja.
Pada bagian tertentu luas bagian yang dibuka puluhan meter. Ada titik yang sudah dihampari material. Ada yang sudah selesai, aspal sudah hitam licin.
Saya membayangkan jika proyek ini selesai, wilayah batas ini akan terlihat keren abis. Tak cukup satu jempol untuk memujinya.
Bayangan saya bersambung dengan tampilan wilayah Imigrasi Sarawak. Jalan di sini masih seperti yang dahulu. Ada yang berubah, tetapi perubahannya tidak banyak.
Dahulu, jalan lurus dan licin ini menimbulkan ketakjuban. Dibandingkan jalan dari Entikong hingga Pontianak, mereka jauh lebih hebat. Dulu.
Tapi, sekarang dan beberapa tahun lagi –Semoga tak ada halangan, Entikong akan menjadi kebanggaan. Ini benar-benar luar biasa.
Patutlah teman-teman di ujung Sanggau ini begitu bangga menceritakan “batas”. Ide mereka hari itu saya jalan pelesiran ke sana.
Jangankan kita, orang Malaysia juga bangga. Setidaknya, orang Malaysia juga foto-foto di sini. Batas kini menjadi ikon.
Saya berharap semoga orang-orang di Entikong dan sekitarnya menyiapkan diri sehingga bisa menyesuaikan diri dengan rentak pembangunan. Dengan kesiapan itu, pembangunan akan dapat dinikmati.
Sebaliknya jika tidak, pembangunan ini menjadi masalah baru bagi mereka, terutama ketika orang-orang luar datang menjadi pengisi ruang batas, mereka bisa jadi hanya penonton atau figuran. (*)