teraju.id, Untan— Demo mahasiswa teknik mewarnai Untan. Mereka menyoal penerimaan mahasiswa baru yang berubah: para senior tidak dilibatkan. Lantas, Dekan dituntut mundur lantaran dinilai otoriter.
Demo berlanjut dengan boikot kuliah. Senin, 26 September 2016, Dekanat menskors 3 orang Mahasiswa Untan selama 2 semester. Di saat yang bersamaan juga dilantik pengurus BEM DPM Untan yang baru oleh Birokrat Untan.
Mahasiswa yang diskors merupakan mahasiswa yang penuh prestasi baik akademik maupun non akademik. Namanya Muhammad Hafiz Waliyudin. Penggagas Aplikasi Angkut’s ini sudah dikenal hingga tingkat nasional. Bahkan juara 3 di bidang sosial teknologi pada suatu ajang IT beberapa waktu lalu.
Berawal dari laporan oknum dosen Fakultas Teknik Untan yang tidak terima anaknya dipukul pada saat PMB (penerimaan mahasiswa baru) Fakultas Teknik Untan. Dekan Fakultas Teknik, Rustamaji menskors Hafiz sebagai Ketua BEM FT Untan bersama 2 teman lainnya yaitu ketua PMB FT dan PM PMB FT selama 2 semester.
Beberapa pihak menilai langkah ini terlalu terburu-buru, semena-mena dan dianggap “otoriter” karena tidak ada pemberitahuan, bahkan peluang musyawarah pun tidak dibuka.
Di hari yang bersamaan, Rektor dan WR III melantik Pengurus BEM DPM Untan periode 2016-2017. Mereka dianggap menang setelah mengeroyok dan memukuli Presiden Mahasiswa Untan pada 20 Juli lalu pkl.23.00 di Gedung POBU Untan. Pihak yang baru saja dilantik itu (Kamarullah-Abdul Azis) mengklaim bahwa mereka memenangkan pemirama Untan.
Padahal, pada saat kejadian Pemirama Juli lalu, seluruh panitia KPRM belum memutuskan apapun. Setelah mendapat desakan, pendukung Kamarullah-Abdul Azis pada malam 20 Juli 2016 mengancam bahwa jika KPRM menetapkan 2 pasang calon, mereka akan mengeroyok KPRM saat itu juga.
Keputusan pun diambil oleh 5 orang dari total 18 orang KPRM, yang secara hukum dalam Ketetapan KPRM nomor 11 point kode Etik menyebutkan bahwa KPRM dapat mengambil keputusan jika 50%+1. Artinya harus 10 orang baru dianggap sah bukan 5 orang.
Forum pun semakin tidak kondusif dan bubar setelah massa melakukan pengeroyokan dan pemukulan terhadap Presiden Mahasiswa Untan 2015-2016 yaitu Prima Yuliantoro yang berusaha menenangkan situasi.