in ,

Hanafi Zamzam Bersaksi Ketika Belajar di Rumah Sultan Hamid

WhatsApp Image 2020 06 28 at 12.28.56

teraju.id, Pontianak – Tak banyak orang muda mengenal sosok Hanafi Zamzam. Ia ketika remaja dididik oleh Sultan Hamid secara langsung.

Heboh tudingan bahwa Sultan Hamid pengkhianat negara (Prof.AM Hendro Priyono dan Prof Anhar Gonggong dalam channel YouTube Agama Akal TV, serta Prof Djoko dari UGM di detik.com). Saksi mata, Hanafi Zamzam buka suara, bagaimana sosok Sultan Hamid II Sang Perancang Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila dan diplomat ulung dalam Konferensi Meja Bundar. Berikut petikannya:

Saya mendukung usulan Yayasan SH II, karena saya bersama OSO sering dipanggil Abuya Sultan Hamid II di rumahnya, dan kami selalu diajarkan untuk pintar dengan gojlokannya kadang-kadang kami dikurung di kamarnya sekitar 10 s.d 15 menit. Setelah keluar, kami ditanya tentang apa saja yang kami lihat di kamar tersebut. Dan saya melihat Abuya ini adalah orang yang visioner, dia sudah dari dulu bilang sama OSO, “kowe Oesman nanti jadi orang besar mewakili Kalbar.”

Terbukti, OSO anak Sukadana, ndak sekolah tinggi jadi salah satu pimpinan MPR RI. Banyak kenangan kami sama Abuya dan saya selalu diajak ke hotel Borobudur untuk main Bridge bersama teman-teman Belanda nya. Ada satu perempuan saya memanggilnya tante Merry. Dan saya juga menjadi saksi surat penetapan dari Setneg tentang museum lambang Garuda yaitu di rumah Alm. Pangeran Jaya Syarif Max Yusuf Alqadrie.

Yang saya tahu Sultan Hamid II itu kukuh untuk mempertahankan Daerah Istimewa Kalimantan Barat. Seperti Jogya dan Aceh.
Wass.
Hanafi ZamZam Ssos. S.Ip.

Kisah di atas semakin membuka tabir seperti apa Sang Perancang Lambang Negara dan Diplomat Ulung tersebut.

Redaksi teraju menerima testimoni publik secara terbuka tentang Sultan Hamid untuk membuka tabir gelap sejarah unitaris – federalis kurun waktu 1945-1950 dan masa Orla-Orde Baru. Silahkan kirim ke 08125710225/WA. (kan)

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

WhatsApp Image 2020 06 28 at 12.18.15

Bukan Belanda; Kalimantan Barat bahkan Dihabisi Jepang!

WhatsApp Image 2020 06 28 at 14.53.11

Air Mata Guru di Reuni MTs-MA Jongkong