Oleh: Baskoro Effendy
Terbangun jam 2 kurang beberapa menit. Setelah memanjatkan syukur dan berdoa sebisanya kepada Sang Pengatur Skenario Kehidupan, aku turun dari lantai 8 hotel tempatku menginap.
Berjalan kaki sekitar 300 meter. Ada warkop yang buka 24 jam.
Memesan Milo panas, indomie goreng plus telor ayam kampung plus kornet.
Aku sadar betul, bahwa ini makanan yang tidak sehat.
Tapi kadang kesadaran terkalahkan oleh rasa lapar: lapar yang sesungguhnya juga lapar akan pengakuan diri dan kekuasaan.
Hujan turun dengan lebatnya. Tak ada payung. Terpaksa menunggu hujan mereda.
Padahal sebentar lagi waktu subuh tiba untuk wilayah Kota Jakarta: 04.05 WIB.
Ada kebiasaanku yang belum bisa hilang sejak mahasiswa: duduk sendiri berlama-lama di warung kopi menyiasati malam.
Kebiasaan buruk, bagi kebanyakan orang.
Tapi kebiasaan seperti itulah yang sering membuatku melakukan introspeksi atas segala kesalahan dan kekhilafan dalam hidup.
Juga atas segala kesombongan diri yang kadang menyelinap diam-diam di dalam hati.
Hujan masih turun. Suara azan subuh sayup terdengar.
Aku mencoba menghitung berapa banyak dosa-dosa yang telah kulakukan, berapa banyak orang-orang yang telah tersakiti.
Tapi tak pernah mampu: terlalu banyak..!
Hujan semakin deras. Suara azan subuh sayup menghilang….
Jakarta, 07 Desember 2020.