Oleh: Saripaini
BAPER nama lengkapnya “bawa perasaan”. Baper merupakan istilah baru tepatnya istilah yang baru populer beberapa tahun terakhir ini. Yang saya tahu baper dapat menyebabkan seorang kegirangan, senyum-senyum sendiri, halusinasi, sedih bahkan menagis.. Oh iya, agar tak salah paham, saya akan memberi info, kalau baper bukan jenis spesies baru, produk baru atau pun sejenis virus yang menyerang syaraf hingga kehilangan kewarasan, tapi terkadang efeknya dapat membuat perilaku seorang tampak aneh.
Secara kasat mata baper banyak diderita kaum hawa dan salah satu penyebab yang paling populer ialah melihat atau mendengar ciptaan Tuhan yang pandai mencuri hati dengan meninggalkan jejak (kaum Adam), entah itu rangkaian kata, tampilan wajah atau gaya dan lain sebagainya, satu kata buat yang satu ini MENYERAMKAN. Saya takut.
“Hati-hati nanti baper!” anggap saja ini peringatan untuk semuanya. Tak peduli kaum wanita atau kaum laki-laki, anak SD atau orang dewasa, peringatan itu berlaku untuk semua orang. Wabah baper telah tersebar di semua kalangan termasuk anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Seorang guru muda panggil saja dia Man karena dia laki-laki. Katanya dia idola para siswi. Saat bercerita Man selalu meyakinkan, kalau dia biasa saja dengan karakter aslinya yang katanya ramah, bisa menyesuaikan.
Saya, Tijah dan Tuti tertawa mendengar beliau menceritakan pengalamannya selama mengajar saat harus menghadapi efek baper siswi SD “Kok bise?” Saya bertanya.
“Entahlah saye tak tau gak, padahal saye biase yak,” jawabnya ikut ketawa. “Kadang ye, kalau saye datang mereke udah nunggu mok salaman, modus.” Kira-kira begitu tambah Man.
Man asik bercerita dan saat itu kami menjadi pendengar yang baik, mungkin sedikit kepo dan mengomentari tingkah laku anak SD yang menurut kami belum waktunya. Apa lagi ketika Man berkata ada siswa yang berani menyatakan cinta melalui sms dan tak sedikit siswi yang selalu mengiriminya pesan melalui pesan singkat. Saya benar-benar tak habis pikir mengapa bisa demikian.
Tak hanya itu Man juga kerap mendapat kado dari siswinya seperti pulpen dan memo ped yang biasa dibawanya ke Club Menulis dan memberikannya kepada salah satu di antara kami karena menurutnya itu untuk perempuan.
Terkadang baper memang tak dapat dikontrol dan penyebab yang paling memalukan adalah akibat salah fokus atau salah penafsiran dari tingkah laku seorang. Berbeda lagi kondisinya ketika menyaksikan suatu situasi yang terkadang membuat iri, menimbulkan keinginan untuk diperlakukan sama, atau ikut merasakan apa yang disaksikan. Menurut saya baper itu lumrah tapi berbahaya tak bisa dihindari tapi bisa diminimalisir.
Punggur Kecil, 18 Juni 2018