Oleh: Nur Iskandar
Seumur umur saya pakai gelang hanya saat haji. Itu gelang identitas. Sepulang haji dilepas. Nah di tangan kanan saya itu gelang apa? Ini gelang spesial punya. Diberikan tokoh adat Dayak Taman, ayahanda Laurentius Mangan yang saya tulis biografinya.
Insyaallah terbit di hari pahlawan. Jarrat tangan ini dari bahan serat alam yang sangat kuat. Tidak mudah putus. Buah gelangnya dari batu. Batu asli berbentuk mata kancing warna kuning. Menurut ayahanda Lauren Mangan yang pakai adat jarrat tangan dari Taman adalah, “Uskup Pontianak Mgr Agustinus Agus dan Nuris.” Begitu kata Ayahanda Lauren Mangan yang beralamat di Jl Sulawesi, persis depan rumah pendiri Mesjid Raya Mujahidin, HA Mawardi Ja’far. Uniknya, saya juga penulis biografi tokoh Muhammadiyah tersebut HA Mawardi Ja’far…Jarrat Tangan – Jerat Tulisan. Semoga semakin erat. Amiin.
Ayahanda Laurentius Mangan tinggal di Jalan Sulawesi. Entah bagaimana Beliau sampai juga ke pulau seberang. Di Sulsel dia merasa seperti pulang kampung. Ada rasa damai di hati.
Dalam tirakatnya, Panglima Burung adalah Saweri Gading. Saweri Gading ini leluhur raja Bugis. Era agama leluhur sebelum masuknya Islam.
Lauren berkawan dengan pria militer asal Sulsel. Tak urung salah satu nama puteranya adalah Ambo, bahasa Bugis artinya bapak, ayah, atau pelindung.
Ada empat fakta lainnya yang menarik. Pertama pakar bahasa Dedi Ari Asfar bercerita bahwa rumpun bahasa Taman dengan Bugis sama.
Kedua, pakar hadis Dr Wajidi Sayadi bertetangga dengan Perwira Polda Onisius. Dapur keduanya saling bertatapan. Keduanya kerap memutar lagu daerah. Antara lagu Dayak dan Bugis rentak irama dan nadanya sama sama sama. Kok bisa?
Ketiga. Tanto Yakobus politisi cum jurnalis bersua saya sekembali dari Kesultanan Paser calon ibukota negara di Kaltim. Katanya, kesultanan Bugis Paser itu Dayak. Rumah panggung mereka bersilang. Persis sama dengan Dayak…
Keempat. Teori genetika. Bahwa DNA adalah informasi pembawa sifat. Adanya rasa bahagia pulang kampung adalah magnet genetis. Itulah yang dirasakan Lauren Mangan bertirakat di Tanah Saweri Gading. Begitupula dengan Opu Daeng Manambon.
Jarrat Tangan jadi pengikat pengetahuan dan perasaan. Semoga menyibak sisi antropologi sampai kepada serat sastra Lagaligo yang lebih hebat dan kuat ketimbang Mahabharata itu. Semoga. *