Oleh : Khatijah
Libur telah berlalu, beban kembali mengelunjak, berteriak ria menyambut kedatangan. Baru beberapa hari tidak bersitatap dengan laptop, rasanya lama sekali tidak mengetik di keyboard. Tak menulis berarti membunuh diri, dan tidak aku mau aku bunuh diri. Hanya saja di kampung tidak ada sinyal, di rumah tidak ada laptop, tapi masih ada buku dan pulpen yang siap siaga menerima curahan perasaan dan pikiran.
Di kampung bukan berarti bebas, malahan jadwal semakin padat, yang pastinya membantu orangtua panen padi, belum lagi hal rumah yang menjadi berpindah tangan kepada pribadi, “selagi masih dekat dengan orangtua jangan sampai kepribadian menjadi semakin tak menyenangkan, atau menjadi buruk karena jauh dari perlindungannya” kalimat itu selalu membuat hati menjadi tenang jika letih menyerang.
Kampung terasa beda. Teman semakin jauh dari kata akrab karena lama tak bersua, seminggu waktu di sana serasa berbulan di rantauan, pelajaran hidup yang baru kumulai, pengalaman yang belum habis mengajarkan arti kehidupan.
Masa depan di depan mata, jangan sampai menyia-nyiakannya, karena waktu tak akan berpihak dua kali kepada kita. Kembali beraktivitas seharusnya bukan hal untuk dikeluhkan. Sepulang dari kampung harus menjadi semangat baru untuk melakukan aktivitas agar masa depan tak akan sama seperti orangtua, tidak akan merasakan kesulitan yang dirasakan orangtua.
Pontianak, 10 Februari 2018