in

Ketika Aku Sakit

Graphic3

Oleh: Mita Hairani

Hujan semakin deras bersimbah di bumi khatulistiwa. Malam yang sangat dingin ini kami manfaatkan untuk menarik selimut dan memainkan smartphone. Semua teman sekamarku tampak sibuk sendiri sehingga aku agak sulit untuk berkomunikasi dengan mereka.
Aku mulai bosan karena hujan masih tak kunjung berhenti, padahal hari semakin larut.

Aku melamun sejenak. Suara dentingan hujan yang jatuh di atas atap seng kami mengingatkanku akan suatu peristiwa yang sudah lama sekali berlalu, yang entah mengapa masih kuingat hingga sekarang.

Potongan memori ini sangat kecil dan aku hanya mengingat sedikit peristiwa. Saat itu usiaku masih sekitar 7 tahun. Kata ibuku aku sakit tapi tidak tahu sakit apa. Bahkan aku tidak ingat bagaimana rasa sakitnya. Ibu membawaku ke sudut tempat tidur dan memelukku, aku sempat merasa lemas dan gerah, namun entah mengapa aku diam saja.

Aku ingat merasakan seperti ada orang yang melempari rumah kami dengan batu. Suara batu yang dilempar ke seng terasa sangat keras dan kuat, aku yang ketakutan menceritakan apa yang aku dengar kepada ibuku dan bertanya mengapa hal itu dapat terjadi. Ibuku bahkan semakin mengeratkan pelukannya kepadaku. Aku semakin merasa kepanasan dan bergerak risih. Ibuku menjawab pertanyaanku dengan mengatakan, tidak ada kejadian seperti yang aku ceritakan. Aku mempertegas lagi pernyataanku karena kembali mendengar kejadian itu hingga berkali-kali.

Ibuku seperti menggumamkan sesuatu namun tidak jelas dan aku tak ingat ia menggumamkan apa. Aku masih belum bisa tertidur karena selain hujan batu itu aku melihat ada orang berpakaian aneh menunggu di sudut ruangan dekat pintu, pakaiannya seperti pakaian kerajaan yang didominasi warna emas. Ia tidak bergerak namun aku merasa takut karena tidak mengenalnya. Aku menceritakan apa yg kulihat pada ibu, kemudian ibu bertanya ciri fisiknya. Setelah kuceritakan, ibu kembali berkata bahwa itu tidak benar atau hanya khayalan.

Ibuku semakin mengeratkan pelukannya dan kembali bergumam. Hal itu terjadi hingga aku tertidur.
Ketika aku mengingat itu aku jadi merindukan pelukan ibu, namun apa daya, sekarang aku sudah jauh merantau di kota orang. Aku juga sudah dewasa. Aku akan mengenang ini agar aku tahu betapa sayangnya ibu padaku. (CM)

Written by teraju

Graphic2

Cita-cita Adikku

Graphic5

Perbaikan Jalan Sungai Bulan dan Anak-Anak SD