Oleh: KH Lukmanul Hakim, SE, MM dan Rendi Sahputra*
USTADZ LUQMANULHAKIM
A’udzubillahi minasysyaithonirrajim…
Bismillahirrahmanirrahim..
Alhamdulillahi rabbil’alamin…
Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatim mushsholihat…
Alhamdulillahilladzi hadana lihadza wama kunna linahtadiya laula anhadanallah…
Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad, wa ‘ali sayyidina muhammad…
Qala rabbish rahli shadri wa yassirli amri, wahlul uqdatan min lisani, yafqahu qauli,..
Allahumma inna nas-aluka ilman nafi’an, wa rizqon wasi’an halalan thayyiban wa amalan mutaqabbalan…
Allahumma inna na’udzubika min ilmin laa yanfa’, wa min qalbin la yakhsya’, wa min da’watin la yustajabulaha.
Mata itu fungsinya untuk melihat, tapi sudah pasti mata kita tidak bisa melihat bulu mata kita sendiri? Kenapa? Karena terlalu dekat. Kadang-kadang, karena terlalu dekat, kita tidak bisa melihat apa yang kita kerjakan. Perlu insight. Perlu kacamata, perlu dari sudut pandang yang lain. Maka hari ini, saya mau Kang Rendi yang mengisi, hari ini mau pulang kan. Saya minta Kang Rendi Saputra mengisi, kultum, kuliah terserah antum. Begitu kira-kira pengantar, kalau saya duduk di bawah berarti bukan saya yang mengisi. Hanya memberikan doa pengantar jak ye. Semoga kita terus bermanfaat.
KANG RENDI SAPUTRA (5.39)
Alhamdulillah…
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad, wa ‘ali sayyidina Muhammad.
Rabbish rahli shadri wa yafaqahu qauli, wahlul uqdatan min lisani, yafqahu qauli.
Rabbana anzilna munzalan mubarakan wa anta khairul munzilin.
Kita bersyukur karena pagi hari ini kita diberi rezeki pertemuan. Saya bersyukur karena diberikan rezeki bisa bersilaturahim ke Masjid Kapal Munzalan, mengambil keberkahan dan menguatkan jiwa kemunzalanan.
Insyaallah saya akan berbagi 20-30 menit, agar nanti Kyai Luqman bisa menguatkan apa yang saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi teman-teman. Kalau kita bicara rentang panjang dari kehidupan Rasulullah hingga saat ini, maupun rentang pendek, misalnya potongan sejarah dalam 100 tahun terakhir, antum akan melihat gerakan Islam modern yang hadir di Indonesia dan memiliki dampak besar lahir di 1900 awal.
Coba kita cek gerakan Islam yang besar. Nahdhatul Ulama, Kyai Hasyim Asyari. NU itu menjadi kekuatan motor luar biasa, bagi lahirnya pondok pesantren di Indonesia. NU menopang basis pendidikan di Indonesia.
Kalau kita mau jujur, Indonesia itu satu tahun lahir 5 juta bayi. Antum bisa bayangkan kalau kira-kira pendidikan itu 12 angkatan, dikali 5 juta bayi lahir. Berarti kursi pendidikan itu kali 5 juta, 60 juta. Itu kalau dicari di pendidikan negeri, gak akan pernah cukup. Kekurangan madrasah negeri. Lalu darimana anak-anak ini dididik? Jadi pondok pesantren itu luar biasa.
Muhammadiyah, kalau antum temukan lahirnya itu 1912. Kyai Haji Ahmad Dahlan, begitu pulang dari Makkah mendirikan berbasis filantropi. Antum bisa bayangkan inspirasinya dari surah Al-Ma’un. Doktrin beramal, lahirlah puluhan ribu titik dan ribuan trilyun dalam bentuk sekolah, dalam bentuk rumah sakit. Dan sekali lagi, ini lahir dari kegelisahan KH Ahmad Dahlan muda di tahun 1900.
Jamaah Al-Khairat, menyapu Indonesia bagian timur. Dan antum akan menemukan Al-Irsyad. Di seluruh dunia, ada juga Ikhwanul Muslimin, di Pakistan, banyak tokoh-tokoh, lahir pemikir-pemikir. Dari hadits Rasulullah saw, ruh pembaharuan itu lahir setiap 100 tahun. Hal ini membuat kita dituntut untuk mencari format baru, penyegaran dalam dakwah ini. Bukan berarti gerakan dakwah yang sudah ada ini tidak lagi relevan bagi tuntutan zaman. Menurut ilmu perilaku, manusia perlu perubahan dan dalam 100 tahun perlu format baru. Maka, jika Ustadz Luqman meminta saya melihat dari luar, saya mencari-cari rumus, mengikuti KH Ahmad Dahlan Muda, Hasyim Asyari muda.
Ada yang unik dari Masjid Kapal Munzalan ini. Ketika saya masih 2017-an, mulai saya berinteraksi dengan Munzalan. 2018 ana ada melihat suatu yang beda. Poin pertama yang ingin ana catat adalah, gerakan dakwah di Munzalan ini berfokus pada apa yang bisa kita berikan untuk umat, pada karya, pada dampak. Kalau antum lihat KH Luqman dalam Barisan Bangun Negeri, KH Luqman itu followernya paling sedikit dan paling tidak terkenal. Hampir banyak yang tidak mengenal. Tapi kalau antum melihat dari valuasi dampak karya, misalnya gerakan Infaq Beras. Punya energi per bulan seluruh Indonesia 518 ton. Kalau antum kalikan, ini kekuatan 90 M per tahun. Ini angkanya luar biasa.
Etape di 2000 awal, banyak aktivis muslim yang berputar-putar di pemikiran. Itu diskusinya bisa 3 hari, tapi rakyat lapar saja terus. Gak ada solusinya. Debat di masjid, tidak ada solusi. Nah, Munzalan berbeda. Yang saya lihat adalah koq bisa semuanya masuk. Ini poin nomor dua. Coba antum cek, GIB bisa masuk ke seluruh pondok. Ke NU masuk. Disupport Infaq Beras. Di Jogja, pesantren Muhammadiyah kita support. Kalau gerakan trans nasional misalnya, JT disupport, salafi disupport, HTI. Yang tidak mungkin hanya Syi’ah saja. Saya baru menemukan gerakan yang bisa masuk lintas gerakan. Jadi kalau kita bicarakan persatuan umat, semuanya bersatu di beras. Di perut.
Menurut saya ini teorema yang positif dalam gerakan infaq beras. Yang pertama, ia fokus ke karya, kedua dia lintas gerakan. Dan ketiga, dia mengalirkan potensi besar pada masyarakat. Kita menjadi saksi Gerakan Sedekah Akbar.
GIB Bandung itu menjadi lead, hanya muat 18 ton, tapi setiap 3 hari habis distribusi. Kenapa sih bisa naik? Kata Bang Ifan, banyak yang tau bahwa kita support beras ke pondok-pondok. Orang yang dulunya tidak ingin berinfaq, tapi melihat triton-triton itu bergerak. Mereka akhirnya mau. Begitu juga dengan Berkah Box. Ada 3 orang yang setiap minggunya sedekah 10juta. Dan itu nyontohnya GIB, Masjid Kapal.
Umat ini potensinya luar biasa. Kalau digerakkan bisa mencapai 500an ton. Dan ini kata Kyai baru mulai. Masjid ini santri pemegang amanahnya 300 orang. Saya baru melihat masjid yang demikian sibuk. Ada masjid yang meeting sampai jam 9 malam, dan itu baru adanya di Munzalan saja. Allahu Akbar.
Jadi tiga penglihatan ini, sebenarnya banyak yang lain. Munzalaniyyun ini kalau saya sampaikan ini adalah ruh baru yang kita harapkan menjawab permasalahan hari ini dan masa depan. Bukan berarti yang lain tidak relevan. Ruh Munzalaniyyun inilah yang dipakai oleh Masjid Kurir Langit. Mereka ada 6 titik di Sulawesi itu. Bahkan kemarin ketika Masamba terkena bencana, ambulans Kurir Langit yang duluan sampai dan mengirim bergelombang-gelombang datang.
Ada juga Masjid Al-Ghazali di Gorontalo. Dan mereka kemudian mendirikan Dzuhur Berkah dan membuat makanan untuk anak-anak yatim. Kasih makan jamaah, berbuat-berbuat. Antum bisa bayangkan, orang ngintip saja pencapaiannya bisa seperti apa yang Munzalan capai pelan-pelan. Kita bertanggung jawab atas hadits Rasulullah, ruhul jadid setiap 100 tahunan. Ketika saya ditanya, Ren, ormas apa yang bisa menjawab pergerakan yang begini-begini. Kalau gerakan yang sudah ada, itu melawan kolonialisme, perlawanan-perlawanan. Sedangkan, hari ini kita di masa 4.0. Semua aktivis mencari format itu, maka kita harus serius di Munzalan.
Antum bisa bayangkan, 1juta titik masjid di Indonesia. Berapa masjid yang mau kita gerakkan. Kita harus siap jadi slide hidup. Ada yang datang, tunjukkan Baitulmaal, ini masjidnya, ini rumah sehatnya, ini TK, SD. Ini peradaban masyaallah tabarakallah, biarkan umat melihat secara riil. Dan ini harakah dakwah yang riil. Tidak akan mendapatkan hasil yang berbeda dengan pola aktivitas yang sama.
Berapa tahun Indonesia merdeka? Apakah kita sudah sejahtera? Apakah kita sudah mencapai kekuatan umat? Maka, jika jawabannya sama, maka kita perlu format baru dalam gerakan dakwah ini. Maka, Munzalaniyyun ini menurut saya formatnya tepat. Jika hanya berputar-putar di masalah fiqih, akan ada friksi. Padahal yang kecil-kecil itu dulunya dibahas ketika daulah sedang sejahtera. Tapi, jika negara, umat sedang kondisi yang parah, maka ulama membahas hal-hal yang besar.
Antum bisa bayangkan, umat ini punya banyak masalah fundamental. Anak-anak kita tidak bisa sekolah karena kurangnya sekolah negeri. Di sini tidak ada perdebatan, maka mari kita berjuang untuk itu. Tentang negara kita banyak bedanya, tapi begitu bicara anak yatim, kita bisa bicara yang sama. Untuk masjid, kita setujui. Untuk gerakan wakaf, kita setujui. Untuk hal-hal yang kita setujui, mari kita duduk bersama. Untuk hal-hal yang kecil, sangat keras terjadi perdebatan di masjid-masjid itu. Dan ini harus direduksi oleh anak-anak muda yang bersemangat Munzalaniyyun.
Di Indonesia, yang buta huruf Al-Qur’an masih 60% data dari Fatih Karim. Masih banyak. Masalah kita ini besar-besar, maka fokus pada itu. Antum berumah tangga, atap bocor. Air masuk. Antum bahas atap atau makanan kurang garam? Maka dari itu, jamaah sekalian. Saya sudah 30 menit bicara. Maka sebagai orang luar yang dikompori oleh Kyai Luqman, inilah yang dicari oleh umat. Da’i yang menyelesaikan masalah umat, bukan yang berfokus pada dirinya sendiri. Kita butuh da’i yang 100% memikirkan umat yang tidak bisa sekolah, tidak bisa makan.
Antum bisa bayangkan bangunan di Munzalan dari wakaf, bukan dari SPP, bukan dari iuran santri. Yang kita pikirkan adalah bagaimana menyejahterakan guru-gurunya. Afwan, Masjid Kapal Munzalan ini bahkan sampai memikirkan pembalut untuk wanita ini loh. Hadiah untuk muslimah. Bayangkan, dimana antum wahai muslimin. Berhenti kita bertengkar, mari kita bekerja untuk umat ini kerja-kerja yang konkrit. Mudah-mudahan Allah kasih kita umur yang panjang dan dimensi karya yang panjang. Semoga Allah berikan kita kemudahan untuk beramal. Demikian yang bisa saya sampaikan.
USTADZ LUQMANULHAKIM (6.12)
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin…
Apa yang ada di hati saya diwakili gitu. Saya tidak bisa cerita apa yang kita lakukan, karena kita pun baru mulai. Saya mau menyampaikan dua ayat yang bagi saya sangat penting. Dua ayat ini bukan untuk curhat, bukan untuk menjudge orang lain, tapi untuk menguatkan teman-teman yang beramal sholeh. Kalau antum ketemu ini, biase jak. Tak boleh putus asa. Kalau antum ketemu ini, antum bilang berarti Qur’an ini sangat mendengar. Qadarullah Kang Rendi membicarakan ayat ini dan sudah sampai duluan. Silahkan teman-teman buka QS Ali Imran 3: 19.
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ - ١٩
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Ali Imran 3: 19)
Di Masjid ini, kalau Amir, Zuhdi, Yadi yang imam subuh ini qunut. Kalau Tholib, gak qunut padahal satu sekelangkong. Justru aneh kalau di masjid ini debatnya pada seputar qunut.
Lihat ayat ini teman-teman. Banyak orang berdebat, banyak bacot karena banyak ilmu. Marah-marah, berdebat, berkelahi, saling tunjuk. Kalau Kak Iya, Fayad, Fatih bekelai saya tau masalahnya. Lapar. Nah, umat ini juga begitu. Lapar perutnya atau lapar eksistensi. Minta follower, minta dihargai. Kalau minta hargai berarti die? Tidak berharga. Masak orang kaya sedekahnya 20ribu? Antum harusnya sedekah 20ribu perdetik. Sombong pada orang sombong sedekah. Kalau 2017 boleh saya nunduk, sekarang gak bisa. Gebrak die, antum udah buat ape untuk umat ini. Nangis die, curhat.
Cobalah tengok dunie tuh. Sampah sekali. Masak antum berjuang mati-matian untuk dunie tuh. Jangan antum jadi penyembah berhala. Begitu kita mati itu, orang yang kenal kita sekilas itu, hanya bisa bilang kasian. Terus nama antum sebagai CEO, pendiri ini, pendiri itu, orang pasti mencari siapa penggantinye. Orang-orang yang dekat sama kita, nangislah. Istri nangis. Tapi teman-teman, dari sekian banyak yang nangis itu, paling 3 hari, 4 hari. Setelah itu memikirkan yang lain.
Antum mati-matian mikirkan omongan orang, itu BODOH. Kita yang dikubur dihisab oleh Allah dalam kubur. Harta yang kita punya, jadi milik orang lain. Sertifikat antum yang bertumpuk-tumpuk, akan dihisab oleh Allah. Harta yang antum pamerkan itu, kalaupun halal, ia akan dihisab oleh Allah. Kalau haram, ia akan diazab. Maka Rasulullah, para sahabat mengajarkan ada peradaban yang bisa membuat antum selamat dunia akhirat. Wakaf, infaq, sedekah.
Abang kakak yang dirahmati Allah, kenapa orang itu berdebat? Karena lapar, mencari eksistensi. Tolong antum carikan mana kuburan yang ada tulisan gelar Profesor doktor di situ. Hanya ada nama, tanggal lahir, tanggal mati. Kenapa sih ada orang yang berdebat? Nah, kata Qur’an karena dengki, iri. Munzalan kecil banyak yang benci, Munzalan besar banyak lagi yang benci. Kita ini nothing, tangan kita hitam, ngape kita beramal sholeh, untuk nebus dose. Ngape kita semua melakukan hal-hal itu, untuk nebus dose. Merase hine, merase banyak dose, itu yang membuat kita terus bergerak. Sampai mati. Kapan kita istirahat, sampai dibungkus kafan. Itu pun kalau dapat rezeki. Kalau dapat azab, sampai kiamat kita tidak ada istirahat.
Ayo, wake up, bangun. Hari ini yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, ngurus itu ini, apapun yang antum lakukan kebaikan hari ini, kalau ada yang mendebat, sudah ada dalam Qur’an. Biase jak. Tetap makan enak, tetap tidok nyenyak. Ngapain kita ngurus apa kata orang. Didikte sama orang. Orang hanya lihat casing luarnya.
Kenapa orang debat kita? Karena dengki. Tapi dalilnya syari’ah. Iri tanda tak mampu. Kenapa penyakit itu ada di orang muslim, Qur’annya yang bilang gitu. Inilah maksiat pertama di langit dan di bumi. Iri dan dengki. Barisan Sakit Hati, group feeling. Kecewa, mengecewakan dan membuat orang lain kecewa. Minta hargai, karena memang tidak berharga. Habil dan Qabil. Qabil membunuh Habil. Apa sih yang menyebabkan die bise membunuh saudaranya satu bapak satu mamak. Karena dengki, iri.
Masih ada waktu? Kita geser ke ayat berikutnya. Kenapa iri itu dipupuk? Kenapa iri itu dipertahankan, karena satu tujuan orang itu. Dalam Surah Al-Anfal 8: 46.
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ – ٤٦
Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar. (QS. Al-Anfaal 8: 46).
Perintah pertama dalam Al-Qur’an ini, taati Allah dan Rasulullah. Sekarang, di Pondok ini Shalat Tepat Waktu perintah Allah atau perintah Luqman? Birrul walidain, kita wakaf atas nama orang tua itu perintah Allah atau perintah Luqman? Bapenta, itu perintah Allah atau perintah Luqman? Ngapain sih, menaati Rasul. Memuliakan tamu. Jadi yang teman-teman lakukan bukan menaati Luqman, tapi menaati Allah dan menaati Rasul.
Vellfire bawa beras, Vellfire bawa kambing. Mana ada Vellfire bawa kambing? Tapi yang sudah dipotonglah. Keluar nanti fragrancenya. Karena Vellfirenya di tangan, tidak hati jadi bisa bawa beras. Kenapa orang suka marah-marah mobilnya lecet? Karena belum lunas. Tersinggung lagi kan?
Kita kembali ke ayatnya.
Kenapa orang berselisih? Karena punya ilmu dan penyakit hati. Amal sholehnya bocor karena hatinya kotor. Emang kenapa? Perkelahian itu dipupuk terus, tujuannya apa? ada di ayat, agar kamu itu gentar, tidak punya kekuatan. Lemah, letoy. Sampai ini jelas gak? Makna lain adalah kamu jadi robot-robot baru, gak punya ruh. Sabar ya yang lagi punya masalah. Pasti ada ujiannya.
Berproseslah. Bagaimana cara kita makan? Satu piring langsung, atau satu suap? Kebaikan itu dicicil teman-teman. Buat abang-abang dan kakak-kakak semua yang ada di pondok ini, antum berbuat bukan untuk kami. Ikut halaqah, agar jadi suami yang pintar, istri yang sholehah agar bisa memberikan bekal kepada anak-anak. Saya tidak ada kepentingan untuk diri saya, saya sayang sama kitak semua. Makanya dipaksa untuk berbuat kebaikan. Tegas, marah saya. Agar tidak mengulangi kesalahan saya. Daripada kita disiksa di neraka, disiksa di kubur. Saya perangi di sini orang-orang sombong. Gak ada tempat untuk orang sombong, gak ada tempat untuk orang penipu.
Kalau antum ada masalah, antum ngomong. Pembalut muslimah jak kita pikirkan, masak antum santri gak punya rumah gak kita pikirkan. Antum bicara ke Tok Ya, mana pernah bilang tidak. Maka namanya Tok Ya. Kalau ada masalah, kita pikirkan sama-sama. Kita kan tidak boleh berharap selain sama Allah jak. Tidak boleh takut selain kepada Allah. Kalau antum sering berdebat, kita akan lemah. Koq kebatilan merajalela, karena kita merasa pintar. Tafsyal, penyakit pertama dari berdebat itu. Sudahlah gentar, kehilangan ruh. Megang pedang, tapi bergetar. Megang kamera tak punya hati. Jadi posting sesuatu tidak punya ruh. Ulang kata-kata saya, sesuatu yang dari hati, akan sampai ke hati. Ngomongnya dari hati, itu masuk ke orang-orang.
Tadi malam saya terharu. Ada salah satu tim, dia mau ngomong jak mungkin mengumpulkan keberanian yang panjang. Dia doakan saya tulus. Dalam hati saya, orang ini doanya tulus. Saya pengen nangis, tapi saya tahan-tahan. Teman-teman semua, kita perlu doa dari banyak orang. Ustadz Muid juga kemarin datang nemui saya, minta saksi pernikahan Zainal. Datang hujan-hujan. Itulah adab kata beliau. Qadarullah saya tidak bisa datang. Karena tanggal 16 itu harus di Bandung.
Bisa gak sekalian minjam mobil ustadz? Dengan pengendaranya kita kasih. Cuman kita bedakan agar tidak disangka pengantinnya. Sedang-sedang gak, karena driver kita masih banyak yang jomblo. Dari bawa kambing, bawa beras, sampai bawa penganten. Mobil itu kaleng.
Tok Ya gak pernah bilang tidak. Makanya bawa kambing Vellfire itu punya oke jak. Semoga Allah muliakan pimpinan kita, semoga semua yang ikut serta dalam barisan dakwah ini, dimanapun berada dikumpulkan dalam keadaan terbaik, ditatap oleh Allah dengan tatapan penuh ampunan, tatapan kasih sayang. Semoga kita semua berkumpul dengan baginda Rasulullah saw.
Teman-teman kita baru mulai. Semoga yang di seluruh Indonesia, semangat terus. Fashbiru, innallaha ma’ashshabiriin. Sabar, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Kita baru mulai. Allahu Akbar! Semoga Allah lindungi dalam ketaatan. Semoga berkah box bisa mendunia, tidak hanya di Indonesia. Aamiin.
Amal Pendidikan
Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin
Masjid Kapal Munzalan. *
(*Penulis adalah Pimpinan Gerakan Infak Beras Nasional Internasional, Yayi di Munzalan Ashabul Yamin)