in

Obrolan Musim Kemarau

IMG 20180217 192223 878

Oleh: Ambaryani

Pagi ini, dapur menjadi tempat strategis obrolan Umak dan Mae. Musim kemarau temanya. Keduanya berbagi cerita perihal pengalaman masa lalu di kampung saat musim kemarau.

Umak menceritakan soal pernah melalui musim kemarau panjang di Riam Panjang, Kapuas Hulu. Sungai kering, logistik berminggu-minggu baru sampai di kampung dulu.

Dulu, hanya ada jalur air untuk sampai ke Kapuas Hulu. Belum ada jalur darat. Umak juga menceritakan, dalam kondisi begitu apapun bisa jadi pengganti nasi. Sagu, ubi, ponai, rongi. Kata Umak, di musim begini habis segala tanaman ubi dulu dimakan babi.

Mae juga demikian. Dulu saat baru trans di Satai Sambas dan musim kemarau panjang, nasi ubi, oyek, gatot, nasi jagung, sagu enau, garot yang jadi pengganti beras.

“Apa Mak bahasa Ulunya, kalau kata kami garot, bentuknya macam lengkuas”, tanya Mae pada Umak.

“O….sagu’ belanda”, jawab Umak.
Ada juga pengalaman almarhum Kakek menjaga kebun yang selalu diintai kawanan babi, Mae kenang. Sambil mengerjakan kerjaan masing-masing, embah dan nenek masih asik dengan obrolan masa lalu.

Masuk dalam ruang nostalgia yang berkesan dan selalu dikenang. Obrolan soal musim kemarau masa lampau. Saat keduanya masih sama-sama di kampung. Sama-sama di Hulu. Kapus Hulu dan Hulu Sambas.

Dan kini keduanya sama-sama melalui musim kemarau di Pontianak. Di satu rumah di ujung, ujung Kota Baru.

Written by Ambaryani

Ambaryani, Pegawai Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya. Lulusan Program Studi Komunikasi STAIN Pontianak. Buku berjudul; 1. Pesona Kubu Raya 2. Kubu 360 adalah buku yang ditulisnya selama menjadi ASN Kabupaten Kubu Raya

20170319 141829

Masjid Batu, Embung Parong. Sui Bemban, Kec Kubu

WhatsApp Image 2018 02 19 at 09.34.26

Ekspedisi ke Sungai Kupah