in

Omnibus Law di Kalangan ABG

WhatsApp Image 2020 10 08 at 18.44.02

Oleh: Nur Iskandar

Pa, kawan kite bilang, kalo bekawan dengan anak anggota Dewan jangan dikawane’. “Eih ngape pulak?” kate Saye. Sebab bapaknye nanda-tangane’ UU Omnibus Law! Itu laporan anak saye yang SMA sewaktu sarapan pagi, Rabu, 7/10/20.

Saye bilang, “Di mane kawannye bilang begitu?” Tiktok! “Waduh…..Tiktok?” Saye merenung bahwa politik hukum tata negara juga merembet masuk Tiktok. Saya merenung sambil bertanya lagi, “Tahukeh ape tuh Omnibus Law nak?”

Kata anak saye, sabar lok Pa, ambil HP lok. Si sulung ini setengah berlari ke kamarnya dan kemudian membacakan Omnibus Law, membacakan point-point krusialnya soal tertib pembahasan UU yang banyak dilanggar, kebut “semalam”, keberpihakan kepada pemilik modal dan ancaman kerusakan lingkungan hidup, termasuk peluang perampasan tanah…..dst-dsb. “Cukuplah….”

Saya menikmati sarapan. Papa tak ikut demo kah? Begitu balik tanya anak saya. Kami semua senyum dikulum….”Soal demo dah bosan dah Papa nak’e. Sekarang ini demo artikel yak lah. Mengikuti demo dari pemberitaan dan media. Sesekali turun juga ke lapangan untuk wawancara dan verifikasi lokasi sesuai tuntutan profesi.

Di tempat terpisah saya juga membaca artikel kawan sesama jurnalis yang anaknya mengajak demo ke DPRD soal UU Omnibus Law yang merampingkan 2500-an pasal menjadi 180-an pasal saja. dari 87 UU menjadi 1 UU.

Tapi di sini saya mau kasih catatan khusus, bahwa di kalangan Anak Baru Gede (ABG) mereka juga mengikuti, dan ada persepsi betul tentang Omnibus Law, sekaligus ada yang keliru. Kekeliruan itu mesti kita luruskan supaya tak kebablasan–yakni “Jangan bekawan dengan anak anggota Dewan!” Kan apa salah mereka? Tidak boleh hukuman dijatuhkan bergenerasi seperti itu. Ini salah kaprah…..

Sama dengan peristiwa berdarah Tragedi Jepang di Kalbar 1944, kita tidak boleh mewariskan dendam. Begitupula di daerah lainnya. Ada yang ingin berpendapat? Monggo Mas….Sile Abang Kakak sekalean…. * Foto dari Kompas

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

presiden jokowi

Omnibus Berdarah, “Presiden Kabur” hingga Pemberantasan Korupsi Lebih Prioritas

gubernur kalbar-sutarmidji

Tiga Gubernur (Kalbar-Jabar-Sumbar) Aspirasikan Tolak UU Omnibus Law